Cerita Komunitas Langit Selatan Menyambut Gerhana Matahari Total
Rencananya, mereka melakukan pengamatan di Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara. "Maba tempat terbaik untuk melakukan pengamatan," kata Avivah Yamani, astronom yang juga pendiri Langit Selatan
Sebab, terang Avivah, saat GMT terjadi, mereka berada di tengah jalur. Itulah sebabnya, waktu yang dimiliki untuk melakukan pengamatan jadi lebih lama, yakni 3 menit 17 detik.
Dia menceritakan tentang Komunitas Langit Selatan. Menurut dia embrio Langit Selatan muncul sejak 2004. Berawal dari media astronomi bernama centaurusonline.com yang diisi anak-anak ITB. Tujuannya ialah memberikan informasi yang benar mengenai astronomi.
Sebab, banyak hoax yang muncul saat itu. Namun, media yang dilanjutkan dengan penerbitan majalah tersebut gagal bertahan. Tiga tahun berselang, Avivah menyebut media itu berubah total menjadi Langit Selatan.
Nama tersebut dipilih karena para penggiatnya berada di belahan bumi selatan dan otomatis berbagi langit selatan. Sekarang komunitas itu berkembang menjadi media komunikasi dan edukasi astronomi di Indonesia plus komunitas astronomi berbasis dunia maya.
Sampai sekarang ekspedisi atas nama Langit Selatan sudah berlangsung tiga kali. Pertama, gerhana cincin di Lampung pada 2009. Lalu ekspedisi kedua di Ambon pada 2012 saat transit Venus. Ketiga adalah perjalanan kali ini menuju Maba untuk mengamati GMT.
Sebenarnya, untuk GMT tahun ini, Langit Selatan sempat mempertimbangkan melakukan pengamatan di Palembang, Sumatera Selatan. Namun batal karena beberapa alasan.
Salah satunya rawan hujan. Jika itu terjadi, praktis GMT akan tertutup awan. Selain itu, di Palembang GMT akan berlangsung pada pukul 06.20 WIB, ketika matahari masih rendah. Itu bakal menyulitkan pengamatan. "Prediksi cakupan awan di sini (Maba) juga lebih rendah dan kemungkinan hujannya rendah," kata Avivah.