Cerita Mayor Baharuddin Bertugas di Afrika Tengah
Lebaran dan salat Id jatuh di hari yang sama seperti di Indonesia, Jumat (15/6). Pelaksanaan salat dilakukan pukul 8 pagi waktu setempat. Perbedaan waktu dengan waktu Indonesia bagian tengah yakni 6 jam lebih dulu dari waktu di Mobaye.
“Hanya ada sekitar 40 orang yang melaksanakan salat. Salat dilaksanakan di halaman Kompi Batalyon pasukan Mauritania, Afrika Utara,” ujarnya melalui pesan singkat via WhatsApp dengan Kaltim Post (Jawa Pos Group).
Sangat sederhana, setelah melaksanakan salat, mereka langsung menyantap makanan yang telah dimasak beberapa jam sebelumnya oleh pasukan Mauritania. Sebagai military observer, dia mengatakan tidak tersedia dukungan logistik dari UN, sehingga mereka mesti berbelanja sendiri ke pasar terdekat dan memasak sendiri.
“Masakan yang dibuat ya sederhana juga, seperti roti canai itu ukurannya lebih besar ketimbang di Indonesia. Nggak ada ketupat atau seafood kaya di Balikpapan,” ucap pria ramah ini.
Lanjut dia, listrik di Mobaye adalah impian para warganya. Sesuatu yang langka dan berharga. Alhasil tiap pos menggunakan genset sebagai pendukung kehidupan. Listriknya begitu terbatas. Hanya menyala saat malam, listrik mati pada pukul 7 pagi lalu menyala di pertengahan hari dan bertahan sampai sore.
“Kehidupan di Mobaye masih begitu tradisional. Jauh dari kesan modern. Selain konflik antarwarga, listrik pun jadi masalah utama di sini,” ucap suami Chusnul Chotimah itu. (lil/one/k16)