Cerita Shinta, Perawat Pasien Corona: Takut, Tidak Bisa Tidur
jpnn.com, JAYAPURA - Namanya Shinta Aprilia Awaludin. Berbekal keberanian dan permohonan penyertaan dari Tuhan, salah satu perawat perempuan di RSUD Jayapura, Papua ini memberanikan diri bergabung bersama rekan-rekannya untuk merawat, melayani, dan mengobati pasien terpapar virus Corona (COVID-19).
Shinta sempat ragu untuk mengisahkan pengalaman susah, senang yang dialami bersama tim medis yang ditunjuk oleh manajemen rumah sakit untuk menangani pasien corona yang dirujuk untuk dirawat di ruang isolasi rumah sakit rujukan nasional di wilayah paling timur Indonesia ini.
Shinta didorong oleh dokter Gress Daimboa, dokter seniornya untuk menceritakan bagaimana perjuangan ia bersama tim melayani pasien COVID-19.
Sejak awal Maret 2020, wabah virus yang meliburkan seluruh aktivitas sekolah, perkantoran bahkan membatasi waktu pelaku usaha ini mulai merebak di Indonesia hingga masuk ke Papua, RSUD Jayapura mulai bergerak cepat membentuk tim medis untuk menangani pasien yang sudah terjangkit virus yang bermula dari negara Tiongkok ini.
Awalnya, tim perawat yang dibentuk oleh rumah sakit milik Pemerintah Provinsi itu sebanyak 15 orang untuk bertugas. Ke-15 orang itu terdiri dari tenaga perawat sebanyak 13 orang, dan dua petugas cleaning service, serta dibantu satu petugas gizi dan satu petugas laboratorium.
Perempuan asal Sulawesi Tenggara ini ketika dipilih sebagai salah satu anggota tim medis perawatan COVID-19, dia berpikir dua kali lipat, gelisah, tidak bisa tidur satu malam. Rasa takut tiba-tiba menghantuinya karena virus ini berbahaya dan membunuh.
"Pertama ditunjuk, saya tidak bisa tidur satu malam, takut, pikir sepanjang malam sampai harus berdoa minta petunjuk dari Tuhan. Karena virus ini bukan main-main, tidak kelihatan namun bisa mematikan banyak orang, sehingga membuat dua kali lipat berpikir," kata Shinta.
Akan tetapi, berkat kekuatan doa yang dipanjatkan, sepenuhnya berserah diri kepada Tuhan dan mau melayani sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) rumah sakit, akhirnya perempuan satu anak ini kuat dan bersedia bergabung dalam tim untuk melayani penderita virus yang belum ada obatnya ini.