Cerita Ustaz Naga Qiu Tentang Tantangan dan Kemudahan Hidup Tionghoa Muslim di RI
Selang beberapa tahun, lanjut Ustad Naga, jawaban mimpi ditemukan saat membaca surat Al-Humazah ketika jalan-jalan ke salah satu tokoh buku. Dari situlah ia ingin mulai mempelajari islam.
“Tentunya, waktu itu mencari Islam tak semudah sekarang ya. Kalau sekarang tinggal ketik di internet sudah terbuka semua. Namun, waktu itu saya tanya teman. Pokoknya banyak tanya,” ujarnya.
Menurut Ustaz Naga kemantapan hatinya untuk masuk Islam ketika pencarian terhadap makna syahadat dalam Islam. Dalam pencariannya, ia temukan bahwa memang selayaknya manusia itu harus bersyahadat.
“Itu yang akhirnya saya cari sendiri, pada akhirnya untuk menyimpulkan secara kata-kata cukup sulit juga, cuma bisa kita rasakan. Itu yang saya dapatkan,” pungkasnya.
Lebih lanjut, Ustaz Naga memaparkan sebelum masuk Islam ia sudah belajar tentang shalat dan berpuasa.
Hal tersebut ia lakukan karena sering mendapat jawaban atas pertanyaannya bahwa masuk Islam itu berat karena harus menjalankan rukum iman puasa dan shalat lima waktu. Nyatanya, pendapat tersebut dinilainya keliru.
“Saya rasakan kok nggak ada yang berat. Itu juga yang akhirnya membuat saya kuat, ya udah masuk Islam lah,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Ustaz Naga menambahkan semenjak masuk Islam, banyak tantangan diperoleh dari lingkungan keluarga. Kendati demikian, keluarganya selalu menghargai dan memberi toleransi terhadap apa yang diyakininya.