Chef Renatta, dari Dapur ke Layar Kaca
jpnn.com - Setelah menjadi juri di MasterChef Indonesia musim kelima, publik jadi tahu ada chef muda yang bernama Renatta Moeloek, 25. Dari perkataannya ketika mengomentari masakan, terlihat bahwa dia merupakan sosok yang tegas.
''Memasak itu hobi yang enggak kekontrol. Akhirnya diseriusin aja deh,'' ucapnya ketika diminta menceritakan awal mula ''kenalan'' sama dunia masak-memasak. Dia melakukan hobinya tersebut sejak kecil lewat banyak berlatih. Tinggal berdua, dia menyebut ibunya tidak bisa memasak. Karena itulah, Renatta kerap memasak untuk sajian di rumah.
Saat ditemui di kafe di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, dia menceritakan bahwa setelah itu dirinya berkeinginan menjadi chef betulan atau yang profesional. Cewek kelahiran 17 Maret 1994 itu pun berencana melanjutkan pendidikan ke Le Cordon Bleu di Paris, Prancis, selepas lulus SMA Kolese Gonzaga pada 2012. Sayangnya, rencana tersebut tertunda. ''Pas itu sempat kena luka bakar di badan karena kompor meledak. Jadi, aku harus istirahat dan pemulihan dulu. Hehe,'' ungkapnya.
Dia baru bisa pergi ke Le Cordon Bleu setahun berikutnya. Di sana dia mendalami cuisine dan pastry hingga lulus pada 2014 dengan gelar diploma superior cuisine dan superior pastry. Memasak, bagi Renatta, tidak cuma menyalurkan hobi, tetapi juga bikin orang happy. ''Apalagi kalau kita bisa bikin makanan enak,'' kata perempuan yang sempat bekerja di restoran Garance, Saint Dominique, Paris, tersebut.
Karena kemampuan dan gairahnya itu, dia tidak mengalami masalah ketika harus bekerja di dapur profesional yang masih didominasi pria. Apa pun tuntutan dan tantangannya, dia akan terima. ''Ini bukan soal cewek atau cowok, tapi bisa kerja atau nggak,'' tegasnya.
Sebagai perempuan dan masih muda, Renatta mengakui pernah diremehkan. Ketika itu dia diundang ke acara memasak sebagai chef tamu. ''Mereka mikirnya chef ini lebih sering tampil di televisi, tapi jarang masuk dapur,'' ceritanya. Kalau sudah begitu, cara menjawabnya cuma satu: masak dan menghasilkan makanan enak.
Bukan soal gender yang bikin dia minder. Namun, Renatta merasa rendah diri saat harus berhadapan dengan chef yang jam terbangnya lebih tinggi. Apa pun jenis kelaminnya. Untuk menghilangkan minder tersebut, Renatta menganggap bahwa proses kerja di dapur bukanlah persaingan, melainkan kerja sama.
Setelah kembali ke Indonesia, Renatta aktif sebagai private chef dan food consultant. Dia biasanya diundang memasak di sebuah restoran atau private dining. Hingga akhirnya, dia mendirikan jasa private dining, Ruma. Nama Renatta lantas mulai tersebar dari mulut ke mulut. Sampai akhirnya, kabar kemampuannya terdengar oleh tim MasterChef Indonesia yang sedang mencari sosok juri baru.