Ciptakan Kekebalan Komunal Demi Membangun Pariwisata Nasional
Oleh Budi MuliawanJangankan berwisata, bepergian untuk urusan mendesak saja sangat sulit pada saat ini. Hal tersebut mengakibatkan orang tidak bisa bepergian, apalagi berwisata.
Turun drastisnya jumlah wisatawan memberikan efek domino bagi sektor pendukung pariwisata yang terjadi adalah seperti tidak ada orang menginap, turunnya tingkat okupansi di hotel, sepinya pengunjung, tidak ada orang pergi ke restoran, kafe, pusat perbelanjaan oleh-oleh.
Selain itu, tidak ada orang belanja oleh-oleh atau cendera mata termasuk juga jasa transportasi dan tentu saja masyarakat lokal setempat yang mengandalkan kehidupannya dari sektor ini.
Sebab tidak ada tamu atau wisatawan maka sektor pendukung pariwisata seperti hotel, restoran, kafe, pusat oleh-oleh, dan jasa transportasi mengalami kerugian hingga kebangkrutan.
Banyak toko di Bali yang berada di kawasan Kuta, tutup. Di beberapa toko, di pintunya beberapa toko juga tertulis ‘dijual’. Kebangkrutan sudah dipelupuk mata. Hal demikian menandakan mereka sudah menyerah. Seperti halnya yang dilakukan para pedagang di Malioboro, Yogyakarta yang telah mengibarkan bendera putih.
Sektor pariwisata sejak pandemi ini muncul pada awal Maret 2020 lalu, perlahan lahan mulai kehabisan napas.
Setidaknya, menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia (11 Januari 2021), hingga akhir 2020, total kerugian sektor pariwisata akibat pandemi Covid-19 mencapai lebih dari Rp 10 triliun.
Bila wabah ini belum berakhir dan masih diterapkan berbagai kebijakan pembatasan hingga entah kapan dicabutnya maka kerugian yang akan dialami sektor pariwisata akan makin menggelembung.