Ciuman Gatot ke Tangan SBY Tak Otomatis Berbuah Dukungan PD
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Zaenal A Budiyono menyatakan, tindakan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo mencium tangan Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bukanlah tradisi di militer. Zaenal pun menduga Gatot punya agenda tersendiri dengan mencium tangan ketua umum Partai Demokrat (PD) itu.
Menurut Zaenal, selama ini Gatot sudah disebut-sebut sebagai salah satu bakal calon presiden (capres). Namun, sampai sekarang belum ada partai yang mau mengusung mantan tentara kelahiran 13 Maret 1960 itu untuk menjadi capres penantang Joko Widodo (Jokowi).
"Gatot bisa saja berharap dukungan dari SBY dan Partai Demokrat untuk memuluskan misinya di 2019 karena sejauh ini kesulitan mendapat tiket dari parpol," ujar Zaenal, Rabu (6/6).
Direktur eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) itu menambahan, PD sampai saat ini juga belum memutuskan nama capres dan calon wakil presden (cawapres) untuk Pemilu 2019. Partai pemenang Pemilu 2009 itu juga belum menentukan mitra koalisi untuk mengusung duet capres-cawapres.
Zaenal menambahkan, hingga saat ini PD memiliki tiga opsi. Pertama adalah bergabung dengan koalisi pengusung Jokowi.
Opsi kedua adalah berkoalisi dengan Partai Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto. Sedangkan opsi ketiga adalah membangun koalisi di luar pengusung Jokowi maupun Prabowo.
Hanya saja, kata Zaenal, PD akan sulit memberikan dukungan kepada Gatot lantaran upaya membentuk poros ketiga hingga kini tak menunjukkan progres signifikan. Di sisi lain, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) justru makin moncer di berbagai survei.
"Apalagi di kubu SBY masih ada nama AHY yang juga cukup positif di survei. Dengan demikian jalan Gatot masih cukup terjal karena peta dukungan parpol yang belum di tangan," ujarnya.