Coco Geser Superman Cs di Tangga Box Office
Strategi pemasaran itu berhasil. Film tersebut dapat sambutan antusias. Selama 19 hari pemutaran, film itu sudah mengumpulkan total 824 juta peso (Rp 597 miliar). Coco pun dengan mudah menjadi film terlaris di Meksiko.
Laju pendapatan tersebut dinilai bakal stabil. Film itu mendapat rating dan kritik yang positif. Sejauh ini film tersebut meraih skor 96 persen dari Rotten Tomatoes. A.O. Scott, kritikus untuk NY Times, mengungkapkan bahwa film itu berhasil mengemas kisah yang kelam dengan cara menarik dan pas buat anak-anak.
’’Coco menghindari nuansa dark meski membahas tema kematian. Hasilnya, kisah itu tidak menakutkan. Justru menghapus ketakutan dan kebingungan anak pada konsep kematian,’’ tulisnya.
Sementara itu, kritikus Forbes Scott Mendelson memuji Coco yang punya cerita dan visual yang kuat. ’’Kombinasi keduanya mengantar penontonnya ke dunia yang serbacerah dan kisah yang menyentuh. Menyenangkan untuk dilihat, didengarkan, dan disimak,’’ tulisnya.
Kombinasi visual penuh warna dan kisah emosional dengan plot tidak tertebak itulah yang menjadi kunci Coco meraih rating tinggi. Adrian Molina, salah seorang sutradara Coco, menyatakan bahwa film tersebut melalui proses berliku.
Pada 2013, Disney sempat mengumumkan akan membeli hak paten nama Dia de los Muertos untuk judul film ini. Namun, para keturunan Meksiko melontarkan protes keras.
’’Untuk sebuah penghinaan, hal itu sangat mengerikan dan tidak sensitif. Dia de los Muertos seperti hanya sebuah merek, bukan perayaan,’’ cuit kartunis keturunan Meksiko-Amerika, Lalo Alcaraz, ketika itu.
Disney, tampaknya, belajar dari tamparan tersebut. Mereka akhirnya memberi film ini dengan judul Coco. Molina menjelaskan bahwa dirinya dan tim produksi turun langsung ke Meksiko. Tim itu membaur dan tinggal bersama keluarga di sana untuk mendapat gambaran jelas.