Cowok Belajar di Gedung, Cewek di Tenda
jpnn.com, KABUL - Tangan Mahnoz Aliyar menunjuk sebuah tenda kecil. Letaknya di dalam kompleks Sekolah Sayedul Shohada, Kabul, Afghanistan. Gadis 16 tahun itu adalah siswa di sekolah tersebut. Tenda yang ditunjuknya bukanlah kemah anak-anak Pramuka, melainkan kelas untuk pelajar putri.
”Lihat sendiri. Kami tidak punya kelas. Tidak ada gedung, tidak ada fasilitas memadai untuk para siswi,” ujarnya saat diwawancarai oleh jurnalis.
Sekolah Sayedul Shohada tentu saja punya banyak kelas. Tapi, kelas-kelas itu hanya ditempati oleh anak laki-laki. Para siswi ditempatkan di tenda maupun menggelar tikar di tempat terbuka.
Aqeela Tavakoli, kepala Sekolah Sayedul Shohada, mengungkapkan bahwa donatur dari Jepang membantu membangun dua gedung untuk para siswi sekitar lima tahun lalu. Tapi, setelah selesai, dewan syura sekolah memutuskan gedung tersebut untuk para siswa.
Sejak Taliban digulingkan pada 2001, jutaan gadis memang bisa kembali ke sekolah. Bantuan dari berbagai lembaga internasional juga digelontorkan untuk meningkatkan sistem pendidikan di negara tersebut.
Sayangnya, budaya untuk lebih mendahulukan lelaki belum luntur. Anak perempuan hampir selalu dinomorduakan. Mayoritas orang tua ingin anak perempuannya belajar mengurus rumah saja. Tak perlu pergi sekolah.
Keamanan di negara tersebut yang masih minim juga membuat orang tua ketir-ketir untuk mengirimkan anak perempuannya pergi ke sekolah.
Militan Islamic State (IS) alias ISIS dan Taliban masih sering menyerang berbagai tempat, termasuk sekolah. Alasan lainnya adalah kualitas pendidikan di Afghanistan yang masih buruk.