Cuitan Andi Arief Justru Bisa jadi Blunder bagi Demokrat
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Pusat Studi Literasi Media Afriadi Rosdi menilai, cuitan Wasekjen DPP Partai Demokrat Andi Arief lebih bersifat ekspresi kekecewaan kelompok tertentu yang gagal menempatkan kadernya duduk sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
"Cuma, kelompok itu sepertinya tak berani mengakui cuitan Andi Arief mewakili kelompoknya, sehingga kesan yang muncul lebih kuat bersifat pribadi," ujar Afriadi kepada JPNN, Selasa (21/8).
Menurut Afriadi, materi yang diciutkan Andi Arief terkait dugaan adanya mahar masing-masing Rp 500 miliar ke PKS dan PAN dari Sandiaga Uno, juga bukan hal baru.
Bahkan dapat disebut tak substantif secara moral politik di Indonesia. Karena dugaan mahar politik terkesan bukan lagi barang tercela di Indonesia.
"Sudah jadi rahasia umum bahwa tak ada partai politik yang suci dari mahar politik. Semuanya sama, baik partai nasionalis maupun partai agama akrab dengan mahar politik," ucapnya.
Karena itu, kata Afriadi kemudian, cuitan Andi Arief kemungkinan tak akan memengaruhi elektabilitas pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
"Saya kira juga perlu diingat, masyarakat cenderung punya judgment moral sendiri terhadap mereka yang mengumbar kekecewaan politik. Yaitu, disebut sebagai barisan sakit hati," katanya.
Menurut Afriadi, masyarakat Indonesia tak bersimpati kepada barisan sakit hati. Bahkan cenderung menjadi cemoohan atau antipati.