Curhat Pelajar Asing di Australia: Rasanya Seperti di Neraka
Karena dengan meninggalkan Australia, ia juga mengorbankan mimpinya untuk menjadi koki di Melbourne, dan kembali kepada orangtuanya yang mengalami kesulitan keuangan karena pandemi.
Perlahan-lahan, Riyan menemukan cara untuk bertahan hidup di Melbourne.
Mahasiswa berumur 19 tahun tersebut mendapatkan uluran tangan dari sekolahnya, selain dari dukungan dana darurat sebesar AU$1,100, atau sekitar Rp11,8 juta dari Pemerintah Victoria.
Walau menerima bantuan, ia tetap bekerja sebagai supir 'Uber Eats' dengan sepeda sewaan dan menyewa sebuah tempat di sebuah rumah dengan beberapa orang lainnya di West Footscray.
Seolah belum cukup, musibah lain pun menimpanya.
Sepedanya sempat dicuri ketika tengah bekerja dan terkena denda sebesar AU$600, senilai Rp6,4 juta pun harus ia lunasi.
Dilema mahasiswa internasional di Australia
Raiyan bukanlah satu-satunya mahasiswa internasional yang menghadapi situasi sulit.
Banyak mahasiswa yang juga kehilangan pekerjaan namun tidak dapat mengakses tunjangan uang 'JobKeeper' atau 'JobSeeker'.