Curhatan Jamaah di Jalur Maut: Dari Belakang Muncul Orang Afrika, dari Depan Orang Arab
jpnn.com - PEMERINTAH Indonesia terus menelusuri apa alasan askar (pihak keamanan Arab Saudi) mengalihkan arus pergerakan jamaah Indonesia yang hendak menuju Jamarat (tempat melempar jumrah). Seperti diketahui, pembelokan itu membuat jamaah Indonesia harus melintasi Jalan Arab 204 yang merupakan jalur maut.
Ya, di jalur itulah jamaah berdesak-desakan hingga terjadi tragedi mengerikan yang menewaskan 719 jamaah haji Kamis pagi (24/9).
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, informasi yang berdasar keterangan korban asal Indonesia itu harus ditelusuri
"Sebab, jalur kita adalah yang lurus sesuai dengan peta dan warna hijau," tegas Lukman saat mengunjungi jamaah yang tergabung dalam JKS 61 (embarkasi Jakarta Bekasi kloter 61) di maktab 7 Mina Jadid, Arab Saudi, kemarin (26/9). Mereka adalah para korban Mina di Jalan Arab 204. Para jamaah tersebut curhat langsung kepada Lukman.
Begitu Lukman duduk, para jamaah langsung mengitarinya. Mereka rata-rata berusia muda (30 tahunan) dan sebagian lansia. Para jamaah itu tampak sedih. Bagaimana tidak, 192 warganya dinyatakan hilang pada saat tragedi Mina di Jalan Arab 204 tersebut.
Para jamaah itu bercerita, Kamis pagi tersebut mereka mulai bersiap menuju Jamarat yang terletak kira-kira 3,5 kilometer dari maktab di Mina Jadid.
JKS 61 adalah salah satu yang berangkat pada pagi itu. Masih ada maktab 2 dari Surabaya kloter 48 dan Batam kloter 14 yang tinggal di maktab 1 juga di Mina Jadid. Dengan bismillah dan lantunan talbiah para jamaah yang masih mengenakan ihram itu berangkat ke Jamarat untuk melempar jumrah aqabah hari pertama.
Ustad Acep Saifudin, 48, yang memimpin rombongan berada di belakang. Dia mengaku saat itu membawa delapan rombongan.