Dan, Damai di Bumi!
Oleh: Dhimam Abror DjuraidAmbisi Waller didukung oleh semangat kolonialisme yang berkembang pesat pada 1900. Bangsa Eropa tak hanya ingin mengeksploitasi kekayaan Asia, tetapi juga ingin menyebarkan agama Kristen sebagai bentuk kedigdayaan peradaban Eropa.
Dalam perjalanannya Waller bertemu Fu seorang penganut konfusianisme. Fu berusaha menjelaskan persamaan antara ajaran Kristen, Konfusius, dan seluruh agama kepercayaan yang ada di seluruh bumi. Inti kesamaan ajaran tersebut, menurut Fu, “Takutilah Tuhan, sayangi sesama, dan hormati semua orang”.
Bukan hanya Waller yang menganggap bahwa bangsa Timur kafir dan bodoh dalam segala hal, melainkan hampir seluruh bangsa Eropa beranggapan demikan. Ini tentu membuat Karl May gusar.
Karl May pun membongkar sisi jahat kolonialisme yang paling berbahaya yaitu menyebarkan prasangka untuk mengamankan kepentingannya.
Bagi Karl May prasangka adalah penyakit yang mematikan, karena dapat menghancurkan persatuan umat manusia. Jika prasangka dapat dimusnahkan, maka akan tercipta kedamaian di bumi. Itulah misi utama May.
Nilai-nilai perdamaian yang dibawa May lebih banyak bertumpu pada nilai Kristen. Meski demikian, ia berusaha menampilkan nilai-nilai yang universal. Ia menjadikan ceritanya sebagai alat untuk menyebarluaskan nilai-nilai perdamaian, persahabatan, pengampunan, dan toleransi.
Karl May mengakui potensi agama lain seperti konfusianisme dan Islam. Melalui tokoh Sayyid Omar, Karl May mengungkap nilai-nilai Islam yang egaliter dan demokratis. Melalui tokoh Sayyid Omar terungkap potensi Islam sebagai kekuatan besar yang masih tidur.
Karl May bercerita dengan sangat detail mengenai negara-negara di Timur. Kecekatannya dalam bercerita dan menggambarkan detail sangat mengagumkan, meskipun Karl May tidak pernah benar-benar melakukan petualangan di negara-negara itu. Ia mengumpulkan bahan-bahan dari ensiklopedia, kamus, buku-buku tentang geografi, etnologi, kamus ilmiah, peta, serta laporan dari para pengelana.