Dana Masih Urunan, Berani Impikan Kapal Perpustakaan
Senin, 28 Oktober 2013 – 06:32 WIB
"Dari sana kita melihat ada kesamaan, yaitu kurangnya akses pendidikan di daerah-daerah tersebut. Selain itu sulitnya lokasi tersebut. Jangan salahkan pemerintah terus. Ini sudah menjadi tugas bersama," tuturnya.
Namun, Hendriyadi mengaku kagum dengan anak-anak di daerah terpencil itu. Pasalnya, meski tidak memperoleh pendidikan yang layak, semangat mereka untuk belajar ternyata sangat tinggi. "Contohnya anak-anak dari Pulau Pahawang, Lampung, itu. Saya minta kumpul di sekolah pukul 8 pagi, tapi pukul 05.30 WIB mereka sudah kumpul," katanya terheran-heran.
Selain itu, Hendriyadi kagum dengan siswa yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi sekolah, namun tetap bersemangat mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Padahal, tidak jarang ada siswa yang harus menempuh medan berat, ditambah minimnya sarana transportasi menuju sekolahnya. "Jarak rumah mereka ke sekolah ada yang lebih dari 5 kilometer, ditempuh dengan jalan kaki, jadi pergi pulang sudah 10 kilometer. Ada juga yang melewati sungai," kata Hendriyadi mencoba menggambarkan sulitnya medan yang ditempuh para pelajar di daerah pedalaman.