Dana Masih Urunan, Berani Impikan Kapal Perpustakaan
Senin, 28 Oktober 2013 – 06:32 WIB
Namun, sebagai sebuah komunitas yang baru berdiri, Hendriyadi mengakui bahwa Sahabat Pulau belum punya dana yang cukup untuk menyediakan buku perpustakaan di sekolah-sekolah yang kurang beruntung tersebut. Tapi, keterbatasan itu tidak membuyarkan niatnya untuk turut membangun pendidikan di daerah terpencil. "Kami ini murni dari pemuda dan tidak ada dana yang besar," tegasnya meyakinkan.
Untuk menutupi kekurangan tersebut, dia bersama sukarelawan lain mengupayakan jalan keluar guna memecahkan masalah pendanaan. Salah satunya dengan "memanfaatkan" sekolah elite di Jakarta. "Jadi, saya berpikir ide kreatif apa yang bisa dilakukan. Akhirnya dapat ide menggalang bantuan untuk mengumpulkan buku dari sekolah papan atas di Jakarta, seperti SMA 8. Jadi, tiap siswa diminta menyumbang satu buku. Kalau ada 500 siswa, artinya ada 500 buku, jadi tidak perlu beli lagi," terangnya.
Selain itu, tidak jarang para sukarelawan merogoh kocek sendiri untuk ikut menyumbang buku. Tidak hanya merogoh kocek, komunitas tersebut bahkan juga pernah menggelar garage sale atau bazar yang seluruh barang yang dijual berasal dari milik pribadi sukarelawan. "Baju-baju bekas layak pakai dikumpulkan, sepatu-sepatu, dan lain-lain. Kami jual lagi di kawasan Pancoran waktu itu. Akhirnya dari sana berhasil terkumpul Rp 2,5 juta. Lumayan untuk tambah uang kas," kata Hendriyadi yang pernah memperoleh beasiswa pendidikan singkat delapan minggu di Iowa State University dari pemerintah Amerika Serikat (AS).