Danramil Sawahan Kapten Arh Riswarno Bercerita tentang Dolly-Jarak
Datangi Satu Per Satu Rumah untuk Sosialisasijpnn.com - TENDA besar itu dipasang di halaman Koramil Sawahan akhir Agustus lalu. Di bawahnya, puluhan perempuan bermasker –penutup identitas– duduk. Mereka antre menerima dana stimulan eks PSK Dolly sebesar Rp 5,05 juta.
’’Kami hanya ketempatan. Prinsipnya membantu Pemkot Surabaya,’’ kata Danramil Sawahan Kapten Arh Riswarno.
Saat bagi-bagi dana stimulan tersebut, segenap aparat Koramil Sawahan siaga. Termasuk Riswarno, sang pimpinan. Prinsipnya, tidur ya di kantor. ’’Tidak pulang,’’ kata tentara kelahiran Bandung itu.
Kesiagaan tersebut mutlak diperlukan lantaran kondisi pasca penutupan masih panas. Pihak yang pro dan kontra masih bertahan. Yang menentang juga menutup beberapa ruas jalan, termasuk jalan masuk Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan. Identitas orang yang melintas diperiksa. Yang tidak berkepentingan harus mengambil jalan lain.
Bahkan, anggota koramil dimusuhi para penentang itu. Para prajurit tersebut dianggap semacam pengkhianat oleh kelompok kontra penutupan. ’’Tapi, situasi aman-aman saja di koramil,’’ imbuh lelaki kelahiran 1966 tersebut.
Karena itu, PSK dan mucikari yang hendak mengambil dana stimulan terlindungi. Mereka terhindar dari ancaman kelompok yang ingin mempertahankan aktivitas prostitusi dan kemaksiatan tersebut.
Riswarno bukan orang lama. Jabatannya baru diemban sekira dua bulan sebelum penutupan. Tapi, kabar soal pro-kontra penutupan itu sudah didengarnya. Dia tahu, tugasnya tidak mudah. Sebab, yang dilawan bukan musuh negara. Yang harus dihadapinya adalah rakyat sendiri yang menggantungkan hidup pada bisnis esek-esek.
”Karena masih baru, saya berkenalan ke seluruh ketua RW dan tokoh masyarakat sekitar Dolly,” ujar prajurit yang pernah mengenyam pendidikan tentang sistem rudal di Inggris pada 1987 itu. Dia datangi satu per satu rumah tokoh masyarakat di eks lokalisasi tersebut.