Dapatkah Rokok Elektrik Kurangi Risiko Penyakit Jantung untuk Perokok?
jpnn.com - Studi terbaru menunjukkan bahwa perokok yang beralih ke rokok elektrik mengalami peningkatan fungsi vaskular dalam waktu satu bulan. Studi ini dipublikasikan oleh American College of Cardiology pada November 2019 lalu.
Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa perokok, terutama perempuan, yang beralih menggunakan rokok elektrik mengalami peningkatan fungsi pembuluh darah yang lebih baik khususnya di sel endotel (sel yang berada dalam dinding pembuluh darah).
Dilansir dari website resmi University of Dundee, Profesor Jacob George, Guru Besar Kedokteran dan Terapi Kardiovaskular di University of Dundee yang memimpin penelitian tersebut mengatakan, “Setiap peningkatan fungsi jantung menghasilkan penurunan 13 persen dalam tingkat kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung."
Dengan beralihnya para partisipan (penelitian) dari rokok ke rokok elektrik, lanjut Jacob, ditemukan peningkatan persentase poin rata-rata 1,5 dalam satu bulan. Ini merupakan peningkatan yang signifikan dalam kesehatan jantung.
"Kami juga menemukan bahwa, dalam jangka pendek setidaknya, terlepas dari apakah rokok elektrik itu mengandung atau tidak mengandung nikotin, seseorang akan melihat peningkatan pada kesehatan pembuluh darah dibandingkan dengan merokok dengan rokok konvensional,” tambah dia.
Temuan ini pun diharapkan dapat memberikan pandangan baru dalam menghadapi tingginya kerugian yang diakibatkan oleh penyakit jantung atau penyakit-penyakit katastropik lainnya yang berhubungan dengan rokok.
Apalagi mengingat bahwa selama periode Januari hingga Mei 2019 lalu saja BPJS Kesehatan telah mendanai biaya penyakit katastropik sebesar Rp 20 triliun dan 52% di antaranya dihabiskan untuk penyakit jantung.
Dihubungi lewat telepon, Ahli jantung Rumah Sakit Pusat Jantung Harapan Kita, dr Renan Sukmawan ST, SpJP(K), PhD, MARS mengatakan bahwa zat karbon monoksida yang dihasilkan dari pembakaran rokok tembakau menjadi salah satu zat yang menyebabkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Karbon monoksida akan menganggu pengambilan oksigen di dalam darah yang dibutuhkan otak dan mengakibatkan oksigen beredar berkurang, arau disebut hipoksia.