Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Dari Kakek Sampai Cucu, Mengalirlah Darah Bonek...

Minggu, 16 Juli 2017 – 15:38 WIB
Dari Kakek Sampai Cucu, Mengalirlah Darah Bonek... - JPNN.COM
Taufiq mengajak istri dan anaknya mendukung Persebaya di tribun Gelora Bung Tomo, Surabaya. Foto: Ahmad Khusaini/Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Persebaya Surabaya sudah menjadi identitas dan kebanggaan, bukan sekadar sebuah klub sepak bola. Tidak hanya buat warga Surabaya, melainkan untuk masyarakat Jawa Timur pada umumnya.

Jadi yang tertua karena lahir pada 18 Juni 1927, Persebaya sudah menjadi bagian masyarakat timur Jawa sejak lama. Sudah didukung hingga bisa meraih dua piala di Liga Indonesia, lambang supremasi tertinggi sepak bola nasional.

Kelahiran klub Jawa Timur lainnya yang bergelimang materi dan pemain bintang pun tak menyilaukan Bonek untuk terus mencintai Persebaya. Bahkan, kecintaan itu lantas diturunkan secara turun-temurun kepada anak cucu. Diturunkan hingga menjadi sebuah tradisi bahwa darah Bonek harus terus mengalir dalam nadi keturunan mereka.

Bonek pun berganti generasi. Lestari. Bahkan kian besar hingga memberikan warna mencolok pada sepak bola Indonesia. Entah berasal dari generasi awal ataupun baru, yang jelas Persebaya tidak akan pernah kehilangan pendukung.

Salah satu yang terus menurunkan tradisi mbonek adalah Catur Bagus, Bonek asal Sukodono, Sidoarjo. Kali pertama diperkenalkan dengan klub berkostum hijau tersebut oleh sang ayah, Bagus langsung jatuh cinta. Sampai sekarang, hingga berkeluarga dan punya keturunan.

Karena itu, merasa berutang budi karena sudah diwarisi darah Bonek oleh sang ayah, Bagus lantas meneruskannya kepada putra semata wayangnya, Achmad Musaffa Al Baihaqi. Tak tanggung-tanggung, cara pria 32 tahun itu meneruskan tongkat estafet Bonek pun dilakukan secara total. Haqi yang kini masih berusia empat tahun sudah hafal betul chant dan anthem Persebaya.

Haqi juga sudah keluar masuk stadion, arena tim berkostum hijau itu berlaga. Entah di Surabaya maupun luar kota. ’’Pada Piala Dirgantara lalu, saya ajak ke Sleman nonton Persebaya,’’ bebernya.

Bagus mengatakan, anaknya harus tumbuh menjadi suporter Persebaya yang lebih baik. Tumbuh lewat kecintaan yang tulus terhadap klub kebanggaan arek Suroboyo itu. ’’Seperti saya yang sejak lahir diperkenalkan keluarga terhadap Persebaya, Haqi juga harus seperti itu, dan terus hingga ke anak cucu nanti,’’ ujarnya.

Persebaya Surabaya sudah menjadi identitas dan kebanggaan, bukan sekadar sebuah klub sepak bola. Tidak hanya buat warga Surabaya, melainkan untuk

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close