Dari Kampung Laut ke Sekolah Dokter
Oleh Dahlan IskanDi Papua, kata Ina, biasa saja orang Kristen jadi anggota DPRD dari PKS.
Dua di antara yang ikut makan siang kemarin adalah calon mahasiswi berjilbab. Lulusan madrasah aliyah. Mufida Alamri lulusan Pesantren Hubullah.
Bahasa Arabnya bagus. Saya coba menanyainya beberapa hal. Dalam bahasa Arab. Mufida menjawabnya dengan lancar. Dan tidak ragu-ragu.
Mufida mengaku banyak ditanya-tanya. Oleh orang-orang Gorontalo. Yang umumnya sangat religius. Mengapa ke Tiongkok. Kok tidak ke Mesir, misalnya.
Teman Mufida dari Gorontalo adalah Ajeng Elsinta Mutaji. Dari madrasah Aliyah negeri kota Gorontalo.
Utrek dan teman-teman Supiorinya mendapat beasiswa dari Tiongkok. Untuk biaya kuliah dan asramanya. Lalu dapat bea siswa dari bupati Supiori untuk keperluan makan, buku dan pakaian.
Kalau Mufidah dan Ajeng hanya dapat bea siswa dari yayasan. Untuk kuliah dan asramanya. Makan ditanggung sendiri. Dengan bantuan dari pemda.
Hanya Amanda yang bapak ibunya Tionghoa. Tinggal di kota Tanjung Selor, ibu kota provinsi baru: Kalimantan Utara.