Demokrasi Terpimpin Ala Nazarbayev
Oleh: Zaenal A Budiyono*Lantas, apa pentingnya Indonesia bagi Kazakhstan? Dan apa pula makna Kazakhstan bagi Indonesia?
Bukan Nazarbayev namanya kalau tidak bisa melihat arah angin perubahan. Setelah sukses memperpanjang masa kekuasaan melalui referendum tahun 1995 dan mengatasi krisis ekonomi 2008 serta menjaga pertumbuhan kembali ke titik 9 persen, kini tantangan besar Kazakhstan adalah menjaga potensi penurunan ekonomi akibat melemahnya ekonomi Amerika dan Eropa. Pada titik inilah Nazarbayev melihat Asia sebagai masa depan ekonomi dunia.
Maka, setahun terakhir ia melakukan “kampanye” ekonomi ke Indonesia. Tujuannga, tentu saja untuk mendorong agar semakin banyak pengusaha Indonesia yang masuk ke Astana, Almaty maupuk kota-kota lainnya di Kazakhstan.
Gayung pun bersambut, karena Indonesia juga tengah berupaya meningkatkan kelas perusahaan-perusahannya agar tidak hanya menjadi pemain lokal. Maka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan sinyal bahwa Indonesia akan berinvestasi di bidang pangan, ban dan minyak. Secara teknis, PT Indofood, PT Pertamina dan satu perusahaan ban nasional akan menjadi duta Indonesia di Kazakhstan untuk melebarkan sayap bisnis.
Presiden Nazarbayev dalam pembicaraan dengan Presiden SBY menyebut investasi Indonesia di Kazakstan yang nilainya hampir Rp 10 triliun sebagai hal positif. Masyarakat Kazakhstan sudah mengetahui reputasi Indonesia dalam produk mie instan, salah satunya dengan brand Indomie.
Sementara Pertamina juga berupaya secepatnya “naik kelas” mengimbangi pemain kawasan lainnya, terutama setelah BUMN migas itu masuk dalam Fortune 500, alias masuk dalam 500 perusahaan top dunia. Pertamina berada di peringkat 122, sebuah peringkat yang cukup prestisius karena mengalahkan perusahaan Singapura, Wilmar International (224) dan Flextronics International (492).
Maka menjadi “masuk akal” melihat Presiden Nursultan Nazarbayev memberikan sambutan luar biasa kepada Presiden SBY. Di sepanjang jalan-jalan protokol kota Astana yang bersih, bendera Merah Putih terpampang mencolok berdampingan dengan bendera Khazakhstan. Bahkan, beberapa gedung terbungkus LED system yang secara kontinyu menampilkan video tentang Indonesia dan tentu saja berama sang Dwi Warna.
Nazarbayev adalah fenomena. Ia berkuasa panjang di era demokrasi dengan mempertahankan kekuasaan tanpa kekerasan. Demokrasi yang gaduh di Indonesia seperti terlihat berbeda dengan makna demokrasi bagi rakyat Kazakhstan. Nazarbayev seperti mengingatkan kita dengan Demokrasi Terpimpin di era Presiden Soekarno.