Densus 88 Tembak Mati Terduga Teroris di Bima
Hingga berita ini diturunkan, Kabidhumas Polda NTB AKBP Muh Suryo S. menyatakan belum mengetahui informasi adanya penangkapan terduga teroris di Bima tersebut. "Saya belum tahu. Akan kami cek dulu," tegasnya.
Sementara itu, di tempat lain, masih di wilayah NTB, Densus 88 Antiteror menembak mati terduga teroris Nurdin (NR), 23, warga Desa O"o, Kecamatan Dompu. Adik guru Ponpes Umar bin Khatab (UBK) Firdaus (almarhum) itu diberondong peluru sekitar pukul 16.00. Firdaus tewas di Ponpes UBK karena terkena ledakan molotov dua tahun lalu. Saat itu, aparat Polda NTB mengepung ponpes yang berlokasi di Sanolo tersebut pasca penusukan seorang polisi oleh murid ponpes yang bernama Sakban.
Belum diketahui pasti kronologi penangkapan dan penembakan NR. Namun, menurut informasi dari sejumlah warga, NR ditembak mati di sekitar Desa O"o.
"Kami dapat informasi, NR (disebutkan nama lengkap) ditembak aparat yang diduga Densus karena dicurigai sebagai teroris," ungkap salah seorang warga yang tidak mau namanya disebutkan.
Menurut dia, setelah menembak mati, Densus membawa jenazah NR dengan mobil. Namun, belum diketahui dibawa ke mana jenazah tersebut. "Yang jelas, jenazahnya sudah dibawa," ujarnya.
Sejauh ini belum bisa dipastikan keterkaitan NR selaku terduga teroris. Menurut informasi, dia sehari-hari berada di Dompu dan beraktivitas sebagai petani. Polisi juga belum memberikan keterangan resmi mengenai penangkapan terduga teroris tersebut. Berdasar informasi yang diperoleh Jawa Pos, para terduga teroris yang diringkus terlibat penembakan terhadap tiga polisi pada 2013. Pada tahun itu, Densus beberapa kali menangkap anggota jaringan Santoso yang bermukim di Bima.
Kadivhumas Polri Irjen Ronny F. Sompie saat dikonfirmasi menyatakan belum mengetahui adanya penangkapan di Bima tersebut. "Saya masih menunggu informasi tentang itu," katanya lewat pesan singkat kepada Jawa Pos tadi malam.
Sebelumnya, tiga polisi di Bima tewas setelah ditembak orang tidak dikenal dalam waktu berbeda tahun ini. Yang pertama terjadi pada 28 Maret dengan korban Kasatnarkoba Polres Bima Ipda Hanafi. Dia ditembak tidak jauh dari Mapolres Bima dan tewas dengan dua luka tembak. Masing-masing di rahang kiri dan perut. Kejadian kedua pada 2 Juni lalu menimpa Kanit Intelkam Satreskrim Polres Bima Bripka Muhammad Yamin. Korban ditembak di dekat rumahnya saat tidak bertugas. Yamin tewas dengan tiga luka tembak. Salah satunya di leher.
Yang terakhir adalah penembakan pada 16 Agustus dengan korban Kapolsek Ambalawi Iptu Abdul Salam. Dia ditembak saat dalam perjalanan menuju mapolsek. Penyidik awalnya mengira terjadi kecelakaan. Namun, belakangan ditemukan luka tembak di bagian kepala korban. (mis/byu/c5/kim)