Derita Wanita Rohingya: Rajin Hamil karena Takut Diperkosa
Kendati demikian, tidak berarti mereka yang bersuami lantas bebas dari kebrutalan tentara dan Mogh yang sedang berahi. Para perempuan Rohingya hanya benar-benar bebas dari ancaman perkosaan jika mereka hamil.
Karena itu, frekuensi kehamilan perempuan Rohingya sangat tinggi. Dengan rajin hamil, mereka memang aman dari kejahatan seksual. Namun, ancaman baru mengintai. Yakni, penyakit.
”Menikah dini dan langsung hamil. Mengandung dan melahirkan di usia muda. Lantas, segera hamil lagi,” ujar AZM Zajid, koordinator klinik medis di kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh, kepada Dhaka Tribune. Ibu termuda di kamp pengungsian tersebut berusia 12 tahun. Sementara itu, rekor anak terbanyak dalam satu keluarga adalah 12.
Lantaran tidak mengindahkan kesehatan alat reproduksi mereka, banyak ibu Rohingya yang bermasalah dengan rahim dan kehamilan.
”Setiap hari, ada 3.000 sampai 5.000 penduduk Rohingya yang memeriksakan diri ke klinik ini. Di antara jumlah itu, 500 ibu hamil mengalami komplikasi,” terangnya. Prihatin dengan masalah tersebut, pemerintah Bangladesh menggalakkan KB.
Pintu Kanti Bhattacharya, wakil direktur pada Direktorat Jenderal Keluarga Berencana di Cox’s Bazar, mengirim tim khusus untuk mengedukasi para pengungsi Rohingya tentang KB.
”Tim kami terdiri atas 700 orang. Mereka bertugas mengajarkan metode KB kepada para pengungsi. Mereka juga kami bekali dengan 3.000 pil KB, 1.000 kondom, dan 3.600 suntikan KB,” jelasnya. (dhakatribune/dailystar/hep/c16/any)