Deritamu, Krakatau Steel
jpnn.com, JAKARTA - PT Krakatau Steel Tbk kembali diterpa masalah. Kali ini Komisaris Independen Krakatau Steel Roy Maningkas mengundurkan diri.
Roy merasa kurang sreg dengan proyek pengolahan bijih besi menjadi hot metal (blast furnace) yang dijalankan oleh perusahaan.
Pelaksanaan proyek tersebut sudah terlambat 72 bulan dari yang seharusnya. Keterlambatan itu menyebabkan anggaran membengkak dari yang seharusnya Rp 7 triliun menjadi Rp 10 triliun.
BACA JUGA: Rizal Ramli Ajari Jokowi Cara Menyelamatkan Krakatau Steel
Selain itu, waktu uji coba yang seharusnya enam bulan dipersingkat menjadi dua bulan.
Menurut Roy, hal itu dilakukan untuk menghindari temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dengan ketersediaan bahan baku proyek yang belum pasti dan harga pokok produksi slab yang lebih mahal USD 82 per ton jika dibandingkan dengan harga pasar, Roy merasa proyek itu semakin tidak masuk akal.
Padahal, target output produksinya cukup besar, yakni 1,1 juta ton. Harga pokok produksi yang lebih mahal diperkirakan justru membuat perseroan berpotensi merugi hingga Rp 1,3 triliun per tahun.