Desa Makmur Peduli Api, Bertani Tanpa Bakar Lahan
Para anggota kelompoknya juga sangat antusias menggarap lahan jagung dengan hasil yang menjanjikan. Jamin berharap, agar program ini ke depan bisa merangkul semua petani di desanya, sehingga semakin mandiri.
Saat menjalankan program ini, Jamin bahkan bisa mengupah petani harian untuk menggarap lahan jagungnya.
Terlebih saat musim panen, ada sekitar 10 petani harian yang membantunya memetik, mengumpulkan dan menjual jagung ke pembeli.
“Satu tahun bisa kami garap hingga tiga kali panen jagung. Untuk itu, bantuan ini sangat membantu petani agar lebih mandiri dan meningkatkan perekonomian warga,” beber Jamin.
Berbeda halnya dengan Kelompok Maju Tani Distrik Simpang Heran, Desa Banyu Biru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten OKI, Sumsel. Satu kelompok DMPA khusus menggarap jenis tanaman padi dan jagung di lahan konsesi PT BAP seluas 25 hektare. Satu kelompok yang terdiri dari 25 petani ini bahkan sedang menunggu masa panen padi.
Jeni, Ketua Kelompok DMPA Desa Banyu Biru mengungkapkan, program DMPA ini bisa melepaskan para petani dari jeratan bunga tengkulak yang melambung tinggi.
Mereka juga tersadar untuk tidak melakukan pembakaran hutan, karena bisa memanfaatkan lahan pascapanen padi.
“Dulu kami melempar api ke sembarang arah di lahan padi, tapi sekarang tidak lagi karena lahan bekas panen padi bisa dimanfaatkan kembali. Kami juga bersyukur atas kerja sama ini. Pupuk biasanya kami beli Rp 160ribu/sak, sekarang hanya Rp 130/sak di koperasi desa dan bisa dibayar setelah panen,” ungkapnya. (esy/jpnn)