Desa Terpencil Bernama Sepakung itu Bikin Pak Ganjar Takjub
"Itu dikelola BUMDes pak, jadi sementara yang siswa gratis. Tapi tahun depan kalau sistem daring masih berjalan, kami akan kenakan tarif 50 persen dari tarif biasanya. Kalau biasanya per kepala rumah tangga Rp50.000 perbulan, maka diminta membayar Rp25.000 saja," paparnya.
Pihak sekolah menerjunkan gurunya ke desa untuk melakukan proses belajar mengajar dengan cara tatap muka bagi siswa yang tidak memiliki gadget.
Siswa yang tidak memiliki peralatan daring, dikumpulkan dengan jumlah maksimal 10 orang untuk diajari guru yang datang.
"Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. Kami kerahkan Satgas Jogo Tonggo untuk mengawal program ini, sekaligus memastikan protokol kesehatannya berlangsung dengan baik," pungkasnya.
Paparan Ahmad Nuri itu membuat Ganjar takjub. Dia mengatakan, cara yang dilakukan desa Sepakung adalah cara jitu menyelesaikan persoalan daerah blank spot saat belajar jarak jauh berlangsung.
"Ini contoh keren, pak Kades membuat jaringan wifi di mana-mana bahkan bisa mengcover 100 persen sampai wilayah RW. Sekarang mau ditingkatkan lagi sampai ke RT. Hebat ini," kata Ganjar.
Selain itu, bagi siswa yang tidak punya gadget, ada guru yang mendatangi ke desa untuk proses belajar mengajar. Pihak desa mengawasi ketat dengan Satgas Jogo Tonggonya, maka protokol kesehatannya bisa terjaga.
"Ini sudah jalan dan bagus banget. Dana desa dioptimalkan untuk hal positif, satgas Jogo Tonggo bisa berjalan maksimal, ini keren dan menurut saya, ini solutif. Saya sih yakin, pasti ada solusi dari setiap persoalan yang ada, tinggal kita mau atau tidak menemukan solusi itu," pungkasnya. (flo/jpnn)