Desainer Indonesia di Kompetisi Busana Wol Internasional
“Sekarang faktanya, Indonesia masuk dalam kompetisi ini, dan kita adalah negara Asia Tenggara pertama yang masuk. Sementara lainnya berasal dari China, Jepang, Korea, India,†sambung Svida kepada Australia Plus ketika ditemui di acara pelepasan ketiga desainer di kediaman Dubes Australia, di Jakarta (23/6).
Menurut penuturan Toton Januar dari label ‘Toton’, meski ia beberapa kali membuat koleksi dari bahan wol, mengolah wol menjadi karya busana,sejatinya, begitu menantang.
“Jelas menantang apalagi kalau kita membuat bahan dari nol. Kita harus bisa tahu dari awal sumber benangnya...benang seperti apa yang bisa dipakai mana yang tidak, dimana membelinya dan mengenalkan benang-benang ini ke penenun karena mereka biasanya memakai benang-benang katun atau sutra,†ujar desainer yang sejak awal kemunculannya telah menyasar pasar internasional ini.
Ia mengaku, “Bekerja dengan wol adalah sesuatu yang berbeda ..belum lagi tenggat waktu kompetisi ini sempit sekali, makanya kami kerjakan semaksimal mungkin.â€
Tantangan senada juga dirasakan oleh Major Minor Maha. Bagi mereka, membuat karya dari bahan wol adalah soal menggabungkan budaya dan teknologi. Belum lagi memperkenalkan ‘wol merino’ kepada para pihak pendukung produksi.
“Tantangan di lapangan berat sekali karena melibatkan trial n error, karena biasanya menggunakan benang sutra dan katun. Nah begitu kami menggunakan wol, ternyata mesinnya-pun nggak se-begitu mudah menerimanya. Karena kami kan bekerja dengan pengrajin dan pabrik yang profesional, nah mereka semua nggak ada yang punya pengalaman mengelola wol,†ungkap Inneke Margarethe dari Major Minor Maha.