Desakan Sumbar Lockdown Makin Kuat, Ini Sebabnya
Masih berdasarkan laporan pimpinan rumah sakit, Sari juga mengungkapkan tenaga medis mulai kelelahan dengan alat seadanya dan jumlah pasien makin bertambah dari daerah yang telah terpapar seperti Jakarta, Riau dan daerah lainnya yang datang melalui jalur darat, laut dan udara.
"Sumbar memiliki jumlah perantau sangat banyak, dan telah terjadi eksodus dalam beberapa hari," tambah wanita yang berasal dari keluarga dokter ini.
Terkait kebijakan pemerintah daerah yang menjaga perbatasan dengan thermo scan untuk pencegahan, dinilai tak efektif menghambat masuknya wabah.
Pasalnya, pasien dengan kondisi tanpa gejala pun menurut Dokter Spesialis Paru dr Deddy yang juga Tim Covid-19 tidak efektif mendeteksi carrier atau orang yang telah terpapar virus korona baru itu.
"Sebagaimana disampaikan Jubir Covid-19 dalam jumpa pers daring, orang yang masuk bisa menjadi carrier dan menularkan ke yang lain. Tentu dengan keterbatasan APD, petugas di perbatasan juga butuh untuk melindungi diri," kata Sari yang juga Direktur Tourism Development Centre Universitas Andalas ini.
Kondisi tersebut juga didukung kurangnya perlindungan APD sesuai standar terhadap petugas Gugus Tugas di perbatasan, seperti disampaikan Bupati Dharmasraya Sutan Riska.
Menurutnya, mobil pribadi dan bus banyak masuk ke Sumbar dari arah Jakarta. Namun, petugasnya yang memeriksa sopir dan penumpang menggunakan APD seadanya. "Petugas menjaga warga Sumbar di perbatasan Dharmasraya, APD seadanya. Kita minta APD belum dapat," ungkapnya, Rabu (25/3).
Dari diskusi yang telah disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Sumbar dr Akmal Hanif, bahwa proyeksi kasus Covid-19 bergerak eksponensial. "Menurut beliau, jika penyebaran terus bertambah dengan jumlah saat ini, maka Sumbar akan menjadi kuburan massal layaknya Italia," bebernya.