Detik-detik saat GKR Pembayun Gemetaran Duduk di Atas Watu Gilang
Sayangnya, kebaya Mangkubumi tidak ada. Dia pun memutuskan untuk memakai kebaya yang punya warna dan motif yang hampir sama dengan kebaya adik-adiknya.
Dengan terburu-buru, pukul 08.00, ibu dua anak itu sampai di Keraton Kilen, kediaman ayahandanya, Sultan HB X. ”Di Keraton Kilen kami sanggulan dan sedikit memakai make-up,” terangnya. Tukang rias sudah disiapkan di Keraton Kilen. GKR Condrokirono-lah yang mendatangkan perias yang sudah jadi langganan keluarga keraton itu.
Dalam acara dawuh raja tersebut, HB X memakai baju kebesaran yang sama ketika dilantik sebagai raja/sultan pada 7 Maret 1989. Sebenarnya, GKR Hemas, permaisuri HB X, akan mengenakan baju yang sama saat mendampingi suaminya dilantik sebagai raja. ”Namun sayangnya, baju ibu (GKR Hemas, Red) sudah sempit. Tidak cukup lagi,” ungkap Mangkubumi.
Mangkubumi lalu menelepon adiknya yang lain, GKR Maduretno, untuk membawakan kebaya dirinya waktu menikah. Kebaya itu rencananya dipakai Hemas, sang ibu. Tapi, begitu dicoba Hemas, ternyata baju kebaya tersebut terlalu longgar. Tak hilang akal, dengan cepat kebaya itu dikecilkan agar pas di badan Hemas. ”Kalau ingat kejadian itu, lucu,” ucap Mangkubumi.
Menjelang pukul 11.00, persiapan di Keraton Kilen sudah selesai. Para abdi dalem juga sudah selesai mempersiapkan Sitihinggil yang rencananya digunakan untuk acara yang hanya diketahui HB X itu. Rombongan yang terdiri atas keluarga keraton dan undangan pun berjalan beriringan menuju Sitihinggil.
”Saat jalan ke Sitihinggil itulah, saya diberi tahu Ngarso Dalem(Sultan HB X, Red), ketika nanti selesai dipanggil, harus duduk di kursi yang berada di atas Watu Gilang,” cerita perempuan 43 tahun tersebut.
Bisikan ayahandanya itu membuat Mangkubumi deg-degan. Dia jadi menduga-duga acara apa yang akan dilaksanakan di Sitihinggil tersebut. Apalagi, dia tahu bahwa Watu Gilang tidak pernah diduduki siapa pun sejak HB X diangkat sebagai putra mahkota pada 7 Maret 1989.
Rombongan lalu masuk ke Bangsal Mangunturtangkil di kompleks Bangsal Sitihinggil. Ada tempat khusus untuk duduk Sultan HB X atau yang dikenal dengan nama Dampar Kencana. Kemudian, para putri dan kerabat duduk berhadapan dengan HB X.