Di Depan Prabowo, Jokowi Bicara Soal Kunci Sukses Jadi Negara Maju
“Jadi saat itu hampir perusahaan-perusahaan besar, perusahaan-perusahaan BUMN kayak kita, sistem manajemen di kantor-kantor pemerintahan, semuanya mereka hire dari luar. CEO Dubai Port, Dubai Aluminium, semuanya bule-bule. Terus orang lokalnya jadi pendamping, wakil-wakil, sambil yang lain disekolahkan ke luar. Tapi begitu 10 tahun dan 15 tahun, itu ditarik sudah bisa mengganti yang tadi menjadi direktur utama, menjadi CEO. Itulah, sekali lagi, pentingnya sumber daya manusia bagi sebuah pembangunan,” paparnya.
Oleh sebab itu, kata Jokowi, jika pada lima tahun pertama pemerintahannya dia fokus pada pembangunan infrastruktur, maka dalam lima tahun ke depan, pembangunan sumber daya manusia lah yang akan menjadi fokus pemerintahannya. Dia meyakini bahwa SDM yang berkualitas akan menjadi fondasi bangsa Indonesia di masa depan.
“Kejayaan minyak dan kayu sudah selesai. Kejayaan komoditas-komoditas sumber daya alam (SDA) juga sudah hampir selesai. Fondasi kita ke depan, percayalah, sumber daya manusia kita yang berkualitas, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan kualitas SDM itu harus dibangun, mulai dibangun sejak di dalam kandungan. Oleh sebab itu, tidak boleh ada lagi yang namanya stunting, kekerdilan. Kesehatan ibu dan anak menjadi sebuah kunci, terutama sampai umur 7-8 tahun. Ini adalah umur emas,” tutur kakek dari Jan Ethes dan Sedah Mirah itu.
BACA JUGA: Oknum TNI Alami Nasib Tragis Usai Tembak Kepala Pengendara Motor
Mantan wali kota Solo itu juga ingin meningkatkan kualitas pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Tujuannya, bukan hanya membuat generasi muda Indonesia menjadi pintar dan mampu berkarya, tetapi juga untuk mencetak generasi yang pancasilais, toleran, dan kokoh bergotong royong.
Untuk itu, di tengah perkembangan global yang berubah cepat, Jokowi memandang perlu untuk menerjemahkan nilai-nilai dasar dan ideologi bangsa Indonesia ke dalam konteks yang kekinian. Demikian juga dengan nasionalisme dan semangat kerakyatan.
“Perlu lebih jeli, perlu disesuaikan dengan semangat perubahan zaman ini. Harus sesuai dengan fakta dan data, sehingga kita tidak keliru dalam merumuskan kebijakan,” tandasnya.(fat/jpnn)