Di Desa Tempur, Masjid dan Gereja Berhadapan, Jarak 5 Meter
jpnn.com - Toleransi antarumat beragama di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Jepara, Jateng, tidak perlu diragukan. Di sana ada pemandangan unik. Masjid dan gereja saling berhadapan. Hanya dipisahkan jalan desa yang lebarnya kurang dari 5 meter.
Namun, umat beragama di sini hidup rukun saling berampingan. Berikut laporan wartawan Radar Kudus (Jawa Pos Group) Achmad Ulil Albab saat Natal bermalam di sana.
---
AZAN Isya selesai dikumandangkan di Masjid Nurul Hikmah. Setelah melantunkan pujian sebentar, muazin mengumandangkan iqomah. Salat Isya pun dimulai. Setelah Salat Isya, kemeriahan gereja baru dimulai.
Minggu (9/12) malam lalu, warga kristen Dukuh Pekoso, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Jepara, sedang merayakan Natal. Ya, perayaan hari kelahiran Yesus di sini memang lebih awal. Bukan pada malam 25 Desember atau pagi harinya.
Sebab, Gereja Kelompok Desa Tempur menginduk ke Gereja Injil Tanah Jawa (GITJ) Damarwulan di Desa Damarwulan. Jaraknya sekitar 9 km. Sehingga saat 25 Desember umat kristiani di sini mengikuti misa Natal di GITJ tersebut.
Bukan hanya itu yang menjadi berbeda dari peryaan Natal dari tempat lain. Ada hal yang lebih unik. Sebab, Gereja Kelompok Desa Tempur berhadapan langsung dengan Masjid Nurul Hikmah. Namun antara umat muslim dan kristiani tetap rukun serta hidup saling berdampingan.
Termasuk saat perayaan Natal pada Minggu (9/12) lalu. Tempatnya di gereja setempat yang berhadapan langsung dengan masjid. Dari pintu masjid gereja bisa dijangkau tak lebih dari lima langkah.
Beranjak malam, beberapa warga mulai berdatangan. Ruangan di dalam gereja mulai penuh. Di tenda luar, kursi-kursi plastik berwarna hijau sudah disesaki tamu undangan. Mereka yang hadir itu bukan saja warga beragama Kristen. Malah banyak warga muslim yang datang.
”Setiap tahun kami memang selalu mengundang tetangga muslim kami. Termasuk kepala desa (Tempur) dan tokoh agama Islam juga hadir mengikuti kegiatan (Natal) hingga selesai. Bahkan tak jarang penyambut tamu hingga yang menyuguhkan hidangan, kami dibantu mereka (warga muslim, Red),” kata Suwadi, pendeta sekaligus tokoh Kristen Desa Tempur.