Di Desa Tempur, Masjid dan Gereja Berhadapan, Jarak 5 Meter
![Di Desa Tempur, Masjid dan Gereja Berhadapan, Jarak 5 Meter Di Desa Tempur, Masjid dan Gereja Berhadapan, Jarak 5 Meter - JPNN.COM](https://image.jpnn.com/resize/570x380-80/arsip/watermark/2018/12/27/gereja-kelompok-desa-tempur-dengan-hiasan-ala-natal-difoto-dari-dalam-masjid-nurul-hikmah-yang-berada-tepat-di-depannya-foto-achmad-ulil-albabradar-kudusjpnncom.jpg)
Dia mengatakan, untuk ibadah, di Dukuh Pekoso terjadi kesepakatan antara Islam dan Kristen saat malam hari. Islam menjalankan ibadah terlebih dulu. Baru setelah umat Kristiani. Seperti saat perayaan Natal kemarin. Umat Islam melangsungkan Salat Isya terlebih dahulu. Setelahnya di gereja digelar Natalan.
”Dulu saat awal-awal ada Kristen di sini (Desa Tempur, Red) memang ada kesepakatan tertulis. Isinya mengatur ibadah agar saling menghargai dan menghormati satu sama lain,” kata Suwadi.
Kesepakatan itu dipandang sangat perlu dilakukan. Sebab, umat Kristiani juga memiliki jadwal ibadah saat malam hari. ”Malam Rabu, malam Jumat, juga malam Minggu kami ada ibadah doa. Tentu harus ada kesepakatan untuk bergantian, agar menjaga kekhusukan ibadah masing-masing. Apalagi saat bulan Maulid kemarin, selama sekitar 12 hari di masjid kan ramai. Tentu dengan kesadaran bergantian akan saling menguatkan kerukunan antarumat beragama di desa ini (Desa Tempur, Red),” jelas pria yang juga berprofesi sebagai pedagang kopi ini.
Ketua Ranting NU Tempur sekaligus tokoh agama Nur Salam sangat mengapresiasi wujud toleransi beragama dan kerukunan warga yang ditunjukkan di Desa Tempur ini. Menurutnya, hal itu dilakukan karena sama-sama berikhtiar saling berbuat baik.
”Mereka (mumat Kristiani, Red) baik, kami (mumat Islam, Red) juga baik. Kami baik, mereka juga baik. Tak jarang di acara-acara yang kami lakukan juga mereka tak segan membantu. Ada acara pengajian, mereka yang kami undang selalu datang. Ikut makan jajan dan ikut mendengarkan ceramah juga,” ungkap Nur Salam.
Bahkan, lanjut Nur Salam, saat renovasi masjid Nurul Hikmah yang letaknya persis di hadapan gereja, umat Kristen juga turut membantu. Baik tenaga maupun biaya.
”Waktu masih awal pembangunan, seperti ngecor warga Kristen juga ikut gotong royong. Tak jarang mereka juga turut nyumbang. Misalnya membeli semen dan kebutuhan renovasi masjid lain,” jelasnya. (aua/lin)