Diapresiasi Ibu Ani Yudhoyono, Sempat Ditawar Ridwan Kamil tapi Telat Jawab
Mahasiswa kelahiran, Jember, 12 April 1994, ini mengaku, sebenarnya sudah suka menggambar sejak kelas II SD.
Bahkan, dia pernah membuat buku yang menyerupai kamus bahasa Inggris dilengkapi dengan gambar-gambar hewan yang dibuatnya sendiri.
Namun, bakat seni yang sudah melekat dalam dirinya sejak usia dini itu tak membuatnya tertarik untuk menempuh pendidikan kuliah dalam bidang seni.
Nah, setelah lulus dari SMAN 1 Kencong Jember, dia melanjutkan studi S-1 di Fakultas Ilmu Administrasi Program Studi Perpajakan Universitas Brawijaya (UB).
”Jurusan itu saya pilih karena saya pesimistis. Selain itu, ada anggapan dari masyarakat di kampung yang memandang bahwa sukses itu kerja di kantoran. Dan, jurusan seni menurut orang tua saya dan sebagian masyarakat tidak terlalu menjanjikan,” tambah alumnus SMPN 1 Kencong Jember ini.
Hingga akhirnya ketika dia duduk di bangku kuliah semester dua pada 2013 lalu, dia sering melihat dan mengamati karya salah seorang seniman scribble bernama Rachmad Priyandoko melalui akun Instagram-nya.
Pada saat itulah dia mulai tertarik dan mendalami seni lukis dengan teknik scribble. ”Sebenarnya yang membuat saya tertarik dengan scribble ini adalah karena cocok dengan style-nya yang spontan. Dulu sering iseng-iseng melukis, tapi gak jadi-jadi. Sebab, saya orangnya kurang sabaran,” ungkapnya.
Irul pun berniat dan berupaya menemui seniman yang juga seorang dosen dari Universitas Kristen Petra Surabaya itu secara langsung untuk belajar membuat karya scribble. Dan kebetulan, pada saat itu Rachmad Priyandoko diundang dalam sebuah acara endorse salah satu merek bolpoin di Gramedia Malang.