Dicemooh, Dikejar Orang Bawa Golok, Akrab dengan Binatang Buas
"Sudah 16 tahun patroli di hutan, tiga kali dalam sebulan. Sehingga terjalin keakraban kami dengan binatang buas yang ada di dalamnya. Kami pun aman, baik siang maupun di malam harinya,"sebut pelopor kesejahteraan ekonomi ratusan KK di Jorong Bangunrejo itu.
Sebagai penyelamat hutan, tiap ada masalah ditangani sendiri, tak ada yang membantu menyelesaikan persoalan itu. Berkat kegigihannya menjaga habitat dan kelestarian hutan, Kelompok Konservasi Bangun Rejo mendapatkan program International Council for the Day of Vesak(ICDV) dibiayai bank dunia.
Tahap pertama diterima Rp120 juta dan tahap kedua Rp100 juta tahun 2002. Dan tahun 2003 dana tersebut tak lagi didapatkan kelompok pengelola hutan itu hingga sekarang.
"Dana ini lemparan dari desa lain, karena 35 di daerah lain tak sanggup. Karena upaya kita menjaga hutan, akhirnya bank dunia menguncurkannya sewaktu Solsel masih bagian dari Kabupaten Solok,"terangnya.
Katanya, selain mendapatkan dana dari bank dunia, kelompok konservasinya juga mendapatkan dana hibah konservasi desa sebesar Rp 220 juta. Dana itu bukan dimanfaatkannya untuk biaya operasional pengawasan hutan.
Namun, dibagikannya untuk 17 kepala keluarga (KK) yang terlanjur merambah hutan berupa pinjaman modal usaha untuk menanam cabai, dan ternak sapi. Mulai dari Rp3 juta hingga Rp 8,5 juta perorang dengan ketentuan maksimal 2,5 satu tahun harus dibayar.
"Dari 17 KK kita sarankan membeli sapi ternak dan diberi pinjaman Rp 7 juta. Kemudian warga harus mengembalikannya Rp 8,5 juta, dana itu dipinjamkan lagi untuk modal membeli sapi untuk puluhan warga miskin dan warga yang berminat beternak. Sejak 2003 hingga sekarang sapi di Bangun Rejo sudah capai 1.400 ekor,"katanya.
Kelompok konservasi juga membuat pagar hidup batas TNKS dengan ladang warga sepanjang 7 km dengan tanaman pinang tiga lapis berbaris, hingga mereka dirangkul pihak TNKS tahun 2008 lalu.