Didera Vertigo, Novelis N.H. Dini Pilih Aktif Melukis
Jual Lukisan Tinta China untuk Biaya HidupSelasa, 30 Desember 2008 – 11:30 WIB
Saat ini, secara rutin wanita dengan dua anak –Marie-Claire Lintang dan Pierre Louis Padang (keduanya tinggal di luar negeri)– tersebut tiga kali dalam seminggu menjalani pengobatan tusuk jarum pada seorang kenalannya di Kota Semarang.
Sebagai seorang wanita yang hidup mandiri (tidak mau merepotkan anak), biaya hidup Dini setiap bulan tidak sedikit. Untuk biaya taksi menuju tempat praktik tusuk jarum, dirinya harus membayar Rp 140 ribu pulang pergi. Jadi, dalam sebulan hampir Rp 2 juta harus dikeluarkan hanya untuk biaya taksi.
Biaya hidup di Wisma Lansia yang terdiri atas makan, minum, air, dan listrik mulai Januari 2009 akan naik menjadi Rp 2 juta per bulan. Jadi, dalam sebulan, dia membutuhkan biaya hidup minimal Rp 4 juta. Untuk memenuhi kebutuhan itulah, dia menjual lukisan-lukisannya.
’’Royalti dari buku sangat kecil, sedangkan biaya hidup saya semakin bertambah usia malah semakin besar,’’ ungkap Dini yang menulis sejak di bangku kelas 3 SD itu.
Menurut dia, royalti terakhir yang dia terima tidak sampai Rp 6 juta. Itu merupakan royalti selama enam bulan untuk sejumlah buku yang diterbitkan sebuah penerbitan besar.
Meski untuk sementara berhenti menulis, sebenarnya aktivitas Dini di dunia sastra tidak berhenti. Dalam hard disk komputernya saat ini ada tiga naskah –sebuah novel dan dua seri cerita kenangan– yang sebenarnya siap diterbitkan.