Dihajar Suami Hingga Kaki Patah, Meraung di Kantor Polisi
”Suami saya ternyata sudah punya istri di Kupang. Padahal dia bilang sebelum (menikah) masih bujangan. Saat itu saya dihina dan anak dalam kandungan saya ini bukan anaknya. Bagaimana tidak sakit hati,” katanya sambil menangis.
Dia juga mengaku tak menerima uang dari suaminya. Setiap hari hanya omelan dan pukulan dari tangan dan kaki orang yang pernah dicintainya mendarat di tubuhnya.
”Jangankan nafkah, untuk makan sehari-hari saja terbatas. Setiap hasil kerjanya sebagai pembuat sofa (kursi), tidak pernah diberikan kepada saya. Jika dia pulang, hanya membeli beras satu sampai dua kilo saja. Untuk ini saya minta bantuan pak Polisi supaya suami saya itu bisa memberikan uang untuk saya balik ke NTT,” harapnya.
Merianti mengaku tidak ingin berdamai atau rujuk kembali. Dia meminta diberikan uang untuk membeli tiket kapal dan pulang ke rumah orangtuanya.
”Karena itu saya datang ke sini, biar pak Polisi yang jemput suami saya. Sudah tidak tahan lagi. Saya minta dikembalikan ke kampung halaman dan biayai anak dalam kandungan saya ini,” tandasnya. (mir/ign/sam/jpnn)