Dikasih Libur 10 Hari, Warga Jepang Malah Sewot
jpnn.com, TOKYO - Ketika Seishu Sato mendengar kabar pemerintah Jepang memberikan libur nasional 10 hari berturut-turut, dia langsung pusing. Karyawan perusahaan finansial tersebut bingung bagaimana menghabiskan liburan sepertiga bulan itu.
"Saya bingung kalau tiba-tiba harus libur selama itu," ujar pria berumur 31 tahun tersebut.
Semua opsi sudah dipikirkan. Namun, tak ada yang menarik. Jika berkunjung ke lokasi wisata, dia pasti harus berdesak-desakan dengan ratusan bahkan ribuan wisatawan. Malas rasanya.
Kalau ingin ke luar negeri, ongkos biro travel sudah pasti meroket. "Paling mentok saya menginap di rumah orang tua," ucap Sato kepada AFP.
BACA JUGA: Jepang Bersiap Menyambut Reiwa, Era Keberuntungan dan Keselarasan
Bagi para pekerja keras di Jepang, libur panjang mungkin bukan kabar yang baik. Namun, pemerintah bersikeras meliburkan warganya mulai 27 April sampai 6 Mei. Itu adalah libur menghormati turun takhta Kaisar Akihito, naiknya Pangeran Naruhito, dan libur Golden Week.
Banyak alasan warga Jepang justru menyimpan lara di libur panjang ini. Pekerja-pekerja sektor jasa seperti restoran dan pusat perbelanjaan justru harus lembur.
Mereka sudah pasti kewalahan melayani klien yang meningkat karena liburan. "Bukannya bersantai, saya malah harus bekerja keras selama 10 hari itu," ujar Takeru Jo. Dia adalah pekerja di restoran pizza.