Dilantik jadi Rektor IBIK, Ini Pesan Profesor Moermahadi Soerja Djanegara
jpnn.com, JAKARTA - Rektor Institut Bisnis & Informatika Kesatuan (IBIK) Prof. Dr. H. Moermahadi Soerja Djanegara mengungkapkan dalam rentang waktu 48 tahun, IBIK selalu berkomitmen pada kualitas pendidikan yang bergerak selaras dengan perkembangan zaman, melahirkan insan-insan berkualitas dan memberi sumbangsih berharga untuk peradaban.
Hal ini disampaikannya dalam sambutan usai dilantik sebagai rektor pada Sabtu pagi di Bogor (9/1).
Berdiri sejak tahun 1972 di Bogor dengan nama Akademi Tata Laksana Kesatuan yang kemudian berubah nama menjadi Akademi Manajemen Kesatuan (AMK) dengan dua program studi dan akhirnya melebur dengan STIE Kesatuan menjadi Institut Bisnis dan Informatika (IBI) Kesatuan.
Itu adalah hasil transformasi kelembagaan untuk mewujudkan perguruan tinggi yang mencetak manusia unggul yang kompeten pada bidang manajemen, akuntansi, teknologi informasi, dan pariwisata.
Berawal dari program studi D3 Manajemen Keuangan dan Perbankan serta D3 Manajemen Pemasaran pada saat didirikan, saat ini IBI Kesatuan telah berkembang memiliki tiga fakultas dengan sembilan program studi.
"Transformasi kelembagaan adalah sebuah keniscayaan untuk sebuah lembaga yang mampu mengubah tantangan zaman menjadi kesempatan. Hal ini sangat disadari oleh IBI Kesatuan demi mewujudkan visi menjadi World Research University yang berkarakter kewirausahaan. Perubahan zaman sejak lembaga pendidikan ini didirikan telah dapat dibuktikan dalam seluruh transformasi kelembagaan yang dilakukan oleh Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan," ujar rektor yang juga Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI) 2018-2020 tersebut.
Menurutnya, era teknologi informasi yang menembus batas ruang, waktu, dan teritorial menjadi perhatian utama bagi Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan untuk mengembangkan pola pendidikan yang berkualitas sesuai dengan standar mutu nasional maupun internasional.
"Guna mewujudkan sumber daya manusia yang inovatif dan mempunyai jiwa kewirausahaan yang kuat, maka setiap sivitas akademika didorong untuk melakukan riset produk dan jasa intelektual yang mampu menghasilkan nilai ekonomi (Intellectual Economic Value Product)," sambung Guru Besar Akuntansi ini.