Disambut Wedang Jahe, Jajan Pasar dan Iwak Peyek
jpnn.com - Yang lebih mengagetkan, di 31 titik yang direncanakan itu, hampir semuanya bergerak, bahkan lebih dari itu. Lihat foto-foto di halaman 8, yang akan dimuat bersambung sampai satu Minggu ke depan. Ada-ada saja cara warga untuk saling memotivasi sesama tetangga untuk turut berpartisipasi dalam kerja bakti. Bayangan saya, Jakarta ini kota metropolitan yang semakin sulit mengajak orang bekerja sosial, berbakti sosial, berkeringat tanpa dibayar. Bayangan saya, di mana-mana individualisme lebih mendominasi daripada hidup bertetangga yang sarat rasa kekeluargaan.
:TERKAIT Bayangan saya, Jakarta ya, loe-loe gue-gue. Asumsi saya itu ternyata salah besar! Sedikitnya empat lokasi yang saya tinjau bersama Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono, kami disuguhi hal-hal yang variatif. Di beberapa RT di Kodamar Barat, RW 03, Jalan Pulau Galang, dan Jalan Pulau Penyengat, Kelapa Gading, sejak 06.30 WIB, warga sudah keluar membawa sapu lidi, menyiram air, pupuk, tanaman dan gunting pemotong ranting dan dahan. Ada yang diawali senam pagi, main voli, dan main tenis meja di jalan yang sengaja diterapkan car free day di kompleks sampai pukul 11.00 WIB.
“Saya memang membagikan 1.800 table lapangan tenis meja kepada RT se-Jakarta Utara. Biar anak-anak muda punya kebiasaan sehat dan berolahraga. Yang tua tidak cepat pikun. Main pingpong itu kan mengasah otak, karena harus bereaksi cepat dan cermat,” kata Bambang, yang mandi keringat selepas bermain ganda dengan saya.
Suguhan wedang jahe hangat, krawu (singkong dan parutan kelapa, red), kacang rebus, pisang rebus, dan aneka jajan pasar lain membuat suasana menjadi semakin akrab. Tua, muda, pria, wanita, kaya, miskin, berbaur dalam satu komunitas RT yang sangat harmonis. Di semua gang, kiri kanan jalan, depan rumah warga, tidak ada sejengkal tanah pun yang dibiarkan tanpa hijau tanaman.
Pukul 08.30 WIB, kami bergeser di tiga titik di Sunter Jaya RW 1. Di RT 13, kami disambut ibu-ibu yang membiakkan toga –tanaman obat rumah tangga—di gang-gang sempit. Mereka menyanyikan lagu “Iwak peyek sego jagung!” sambil bertepuk tangan riuh. Bapak-bapaknya membereskan saluran air yang berwarna hitam, dan membuat sumbatan-sumbatan plastik dan barang bekas lain.
Yang mengharukan, mereka berseragam. Bapak-bapaknya berwarna orange, warga khas Persija. Ibu-ibunya kombinasi putih dan hijau. Di gang sempit itu, kami dipertontonkan berbagai ragam jenis tanaman yang memiliki khasiat khusus buat kesehatan. Ada tanaman anti kolesterol, anti diabetes, anti serangan darah tinggi, pelancar aliran darah, obat tidur, anti serangan jantung, dan masih banyak penangkal penyakit berbahaya lain. Setiap pohon digantungi tulisan kertas yang dilaminating, dengan nama latin, sekaligus fungsi dan kegunaan buat manusia.
Mereka “berniat” sekali, menyulap gang-gang kecilnya menjadi bernuansa hijau tanaman. Di setiap persimpangan, dibuat pergola, dengan tanaman merambat. Bahkan ada jenis anggur hijau, yang beberapa diantaranya sudah berbuah. Ajaib bentul perjuangan warga untuk menata lingkungannya. Lagi-lagi, saya dibuat seperti Kabayan Saba Kota! Bengong oleh kekompakan, keseriusan, dan perjuangan mereka untuk bersaing di arena Mandiri Kotaku Bersih Jakartaku 2012 yang berhadiah total Rp 720 juta ini.
Saya coba cek ke kawan-kawan yang memantau di wilayah lain. Hasilnya sama? Luar biasa! Jauh di luar perkiraan kami. Di Jakarta Selatan, malah ada warga Jepang yang ikut larut dalam suasana kerja bakti yang penuh rasa kekeluargaan. Mereka itu, Kengo Hayashi, Yutaka Mimura, dan Yuja Uchiyama, yang sedang melakukan penelitian tentang kepadatan penduduk di RW 3 Mampang Prapatan, Kompleks Zeni TNI AD. Mereka bahkan ingin datang lagi nanti pada bulan Juli 2012, saat penutupan MKBJ ini. Mereka kagum berbaur heran dengan cara orang Jakarta menata lingkungannya, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga.