Disuruh Cari Air Liur 30 Nenek, Bukan Memerkosa
jpnn.com - KISARAN - Pengakuan Haidir Mustafa alias Idir (39), warga Dusun Sono, Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Batubara yang memerkosa 15 nenek-nenek dan janda untuk ritual ilmu hitam, dianggap tindakan salah kaprah. Bahkan menurut tiga paranormal, syarat ritual itu hanya karangan Idir.
Bayu (54), warga Asahan yang mengerti ilmu kebatinan, Jumat (7/2) mengatakan, tidak ada ilmu atau ritual yang syaratnya memerkosa nenek-nenek atau janda, apalagi hingga 30 orang.
Menurut Bayu yang telah berkecimpung di dunia supranatural selama 35 tahun, baru kali ini dia mendengar ada hal seperti itu. Padahal, dari tujuh guru yang pernah mengajarkan ilmu kebatinan kepadanya, tidak pernah ada hal seperti itu. Jadi menurut Bayu, itu hanya karangan Idir. Atau bisa juga, Idir salah menafsirkan ajaran gurunya.
Masih menurut Bayu, berdasarkan hasil terawang yang dia lakukan, tidak ada orang yang menyuruh Idir melakukan ritual seperti itu. Bahkan nama dukun yang disebut Idir tinggal di Tanah Jawa, Simalungun, tidak benar memerintahkan Idir melakukan ritual seperti itu.
Karena orang yang disebut Idir sebagai dukun di Tanah Jawa itu, sudah dihubungi Bayu melalui telepati. Hasil pembicaraan keduanya, memang Idir ada datang ke tempat orang di Tanah Jawa tersebut untuk meminta ilmu agar usahanya berjual beli sepedamotor bisa lancar.
Kemudian dukun berinisial K tersebut, memberikan berupa air putih yang sudah diberi mantera kepada Idir. Kemudian, ia menyuruh Idir menyiramkan air itu di sekeliling rumah Idir. Lalu, mencari air liur 30 wanita.
“Jadi nggak benar itu disuruh memerkosa nenek-nenek dan janda sampai 30 orang. Yang benar hanya mengambil air liur wanita sebanyak 30 orang. Dan air liur itu harus didapat secara sukarela (diberikan langsung oleh wanita tersebut, red),” bebernya.
Senada dikatakan Putra (46) dan Bambang (49). Menurut kedua warga Asahan yang juga berkecimpung di dunia supranatural dan sudah banyak mengobati warga di Asahan, Tanjungbalai, Batubara, Medan, dan Jakarta ini, tidak ada ritual mempelancar usaha seperti yang dikatakan Idir. Jikapun ada ritual untuk memperlancar usaha, menggunakan air liur, nyawa manusia (memberi tumbal), atau pesugihan.