Ditanya Ingin Punya Anak Berapa setelah Menikah? Jawab Saja Begini
jpnn.com, JAKARTA - Psikolog klinis dewasa Nirmala Ika Kusumaningrum, M.Psi., mengatakan memiliki satu anak atau tidak sama sekali (childfree) bukanlah tren baru di kalangan generasi milenial, melainkan sebuah pilihan.
"Ini sebuah pilihan. Misalnya, saya melihat kakak saya punya anak banyak. Terus melihat teman saya anaknya satu dan happy. Akhirnya, memutuskan untuk punya anak satu saja. Itu bukan ketularan, tetapi proses dari kita berpikir," ujarnya di Jakarta, Senin (26/9).
Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan suami istri harus sepakat saat memutuskan untuk memiliki anak.
Komentar dari orang-orang yang berada di lingkungan sekitar sebaiknya tidak memengaruhi sebuah keputusan.
Dalam memutuskan jumlah anak, suami dan istri wajib mempertimbangkan sisi finansial, emosional, hingga pola asuh ke depan. Hal ini akan memengaruhi tumbuh kembang anak hingga dewasa.
Sementara itu, keputusan untuk tidak memiliki anak perlu dibicarakan secara terbuka antara suami dan istri, bukan karena mengikuti pilihan orang lain.
"Yang hati-hati adalah bahwa kita ikut-ikutan karena tren, orang punya anak banyak kita juga, orang anaknya satu kita juga, padahal sebenarnya kita enggak sepakat suami-istri,” kata Nirmala.
"Harus jelas kenapa kita memilih childfree, kalau karena tren ya salah. Makanya aku bilang ini adalah sebuah pilihan. Kita memilih childfree dengan berbagai pertimbangan yang disepakati kedua belah pihak," lanjutnya.