Doa Ibu yang Membuat Saya Menang
Senin, 30 Juli 2012 – 11:08 WIB
Saya juga mengalami pengadilan bertele-tele dengan waktu yang diulur-ulur, saksi yang tidak datang. Dan kita sendiri sebagai terdakwa tidak dijemput untuk ikut sidang. Saya lalu berpikir, ini saya harus bertarung dalam permainan oleh penguasa. Akhirnya saya terima dengan semua keadaan itu dan bersabar. Saya makin mengerti bahwa saya berada di sisi orang yang mengkritisi pemerintah. Kalau berhadapan dengan penguasa, seakan-akan mereka ingin memberikan pelajaran pada saya bahwa ini lho resiko menghadapi pemerintah. Padahal saat itu posisi saya masih menjadi anggota dewan.
Bagaimana keluarga saat Anda terjerat kasus itu?
Waktu didera berbagai serangan seperti itu, yang saya ingat adalah keluarga saya. Alhamdulilah istri dan anak saya bisa menerima. Anak-anak saya yang masih kecil. Tapi untungnya mereka bisa menerima keadaan ini dan mereka kuat. Saat saya bebas pun anak dan istri saya juga berpesan agar saya selalu berhati-hati.
Selama di penjara dari adakah dari teman-teman Anda di PKS datang mengunjungi?
Beberapa teman PKS juga datang, dan bukan hanya dari PKS. Teman-teman dari partai lain juga datang. Ada yang dari Golkar, PDIP dan Gerindra, datang menjenguk saya. Hanura juga. Yang paling memberatkan saya adalah, ketika pertama kali saya ditahan permohonan penangguhan saya yang dijamin oleh beberapa teman anggota DPR RI ditolak. Baik oleh polisi maupun pengadilan. Saya akhirnya harus siap dengan semua itu. Kalau menjenguk mereka membawa banyak buku untuk saya membaca. Yunarto Wijaya (pengamat politik dari Charta Politica) juga datang dan membawakan buku politik untuk saya. Jadi ketika bebas dari penjara, bukan pakaian yang banyak yang saya bawa tapi buku yang banyak sekali.
Tanggapan keluarga Anda saat mengetahui putusan bebas?
Keluarga istri dan anak-anak saya sangat bahagia. Anak saya bahkan mengingatkan saya agar berhati-hati nanti. Istri dan anak-anak mengingatkan saya untuk tetap rendah hati. Saya juga memberitahu orangtua saya, ibu saya terutama. Saya menang. Ibu saya sampai hari ini pun, beliau tidak percaya bahwa saya bersalah. Saya meyakini bahwa doa ibu saya lah yang membuat saya terlepas dari jerat ini. Setiap saya telepon beliau dan saya dikunjungi beliau, beliau selalu menanyakan keadaan saya bagaimana dan kenapa kamu bisa diperlakukan seperti itu. Ibu saya juga mengalami proses yang berat ketika saya diputuskan bersalah dan masuk penjara, dari lingkungan dan keluarga. Tapi ibu saya tetap percaya dengan keteguhan hatinya bahwa saya tidak bersalah. Keyakinan itulah yang mungkin doa ibu saya didengar. Ya saya bersyukurlah. Apalagi yang bisa kita ungkapkan kalau bukan doa sujud syukur. Saya berterimakasih pada Hakim Agung di MA yang memutus perkara ini secara adil dan benar. Ini mengangkat citra MA dan Ketua MA yang baru. Dulu saya diputus bersalah di kepemimpinan ketua MA lama. Ini jadi poin bahwa Mahkamah Agung berani memutus putusan yang benar dan adil.