Dokter Putri Jahit Dahi Bocah di Saat Gelap, Mengharukan
“Tapi kita tetap berusaha profesional. Korban yang di depan mata itu yang kami tangani. Sekalipun saya juga panik kenapa tidak ada satupun anggota keluarga yang menjawab telepon saya,” tuturnya.
Di lokasi RSUD Kota Mataram kepanikan seperti terlokalisir di area parkiran. Orang-orang berteriak, menangis, mengaduh. Segala macam bentuk emosi keresahan dan kepanikan menumpuk jadi satu. Membuat RSUD barangkali jadi satu-satu tempatnya paling pecah malam itu.
“Belum lagi suara sirine ambulans yang hilir mudik membawa korban. Baik dari Kota Mataram atau pasien dari daerah tetangga seperti Lombok Barat dan KLU,” ujarnya.
Situasi semakin tak terkendali, karena kecemasan warga di bawah gelap gulitanya malam. Lampu darurat tak bisa dinyalakan. Warga berinisiatif menyalakan lampu mobil dan motor. Itupun cahayanya tak merata. Sebagian lagi kawasan parkir RSUD tetap di bawah bekap malam yang menggulita.
“Di sela-sela kepanikan dan menangani pasien di bawah koordinasi dokter Eko spesialis Emergency, saya sempatkan lagi menelepon keluarga. Tapi tidak ada juga jawabannya,” tuturnya.
Dokter Putri salah satu dokter MEMS. Mataram Emergency Medical Service. Kompetetensi dan tugasnya mengharuskan ia tak boleh berdiam diri. Karena itu di tengah perasaan batinnya yang tak menentu dengan nasib keluarganya, dokter 27 tahun ini tetap melayani pasien.
“Ada seorang ayah datang sambil menggendong putranya yang dahinya sobek karena tertimpa genteng,” kata Dokter Putri.
Ayah itu terlihat kebingungan dan sedih. Karena beberapa kali ia minta anaknya ditangani, rupanya belum juga terlayani. Banyaknya pasien yang harus ditangani tidak sebanding dengan dokter dan tim medis yang bekerja malam itu.