Dokter Sandi Suwanda, Orang Indonesia yang Sukses Kembangkan Akupunktur di Swiss
Pindah Kewarganegaraan agar Bisa Buka PraktikSelasa, 12 Oktober 2010 – 12:12 WIB
Bapak dua anak tersebut menuturkan, saat itu dirinya sangat ingin menjadi dokter. Namun, kesempatannya sangat terbatas. Sebab, Universitas Indonesia (UI) hanya mampu menerima 200 mahasiswa kedokteran tiap tahun. Padahal, perguruan tinggi lain belum memiliki jurusan kedokteran yang mumpuni. Akhirnya, dia mengalihkan pilihan untuk belajar kedokteran di Eropa.
Pilihan awal adalah universitas di Jerman. Alasannya sederhana. Di negeri tersebut, dia memiliki saudara. Namun, tampaknya, Suwanda tidak ditakdirkan belajar di negeri itu. Aplikasinya ditolak. Pilihan jatuh pada University of Vienna di Wina, Austria. "Tadinya sih pingin di Jerman, tapi diterimanya di Austria. Ya sudah," ujarnya.
Suwanda awalnya tak pernah berpikir untuk mendalami akupunktur. Pada tahun-tahun itu, akupunktur belum booming. Bahkan, pengobatan tusuk jarum tersebut belum dianggap bagian dari science.