Dokumen Australia Ungkap Rencana TNI AU Gunakan Bom Napalm untuk Bakar Warga Timtim
Selanjutnya, Richardson meminta Kedutaan AS di Jakarta untuk mengonfirmasi apakah Indonesia memang telah meminta bantuan untuk memasang tangki napalm di F5. Ternyata, Richardson diberitahu bahwa ada kontraktor AS telah digaet oleh Indonesia karena tangki-tangki napalm dibuat di Italia dan diperlukan modifikasi untuk bisa dipasang di F5.
Surat Konsulat Australia di Bali ke Kedubes Australia di Jakarta. Foto: Sydney Morning Herald
Pada awal November 1983, Richardson lantas meneruskan laporannya itu ke Kementerian Luar Nageri Australia di Canberra. Ia menambahkan dalam catatannya bahwa bantuan teknisi AS sangat erat kaitannya dengan operasi militer Indonesia di Timor Timur.
Seiring munculnya penolakan dari dunia Internasioal atas penggunaan bom napalm di Perang Vietnam, penggunaan senjata pembakar terhadap warga sipil dilarang berdasarkan konvensi PBB tahun 1980. Konvensi itu melarang senjata konvensional yang menimbulkan efek bahaya luar biasa dan menimbulkan dampak tanpa padang bulu. Hanya saja, kala itu Indonesia memang tidak ikut menandatangani Konvensi PBB itu.
Berdasarkan peneluruan Dr Fernandes atas dokumen-dokumen Kementerian Luar Negeri Australia, kala itu Kedubes Australid di Jakarta memang tidak bertindak untuk memprotes Indonesia. Bahkan pemerintahan Australia yang kala itu dipimpin Perdana Menteri Bob Hawke juga tak bereaksi karena justru sangat ingin memperbaiki hubungan dengan Indonesia demi memuluskan negosiasi soal cadangan minyak dan gas di Laut Timor.
Tuduhan awal bahwa Indonesia menggunakan bom pembakar terhadap warga sipil Timor Timur itu muncul pada tahun 2006, sebagaimana terungkap dalam laporan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Saksi yang dikutip dalam laporan KKR, Lucas da Costa Xavier menuturkan, pepohonan dan rerumputan terbakar begitu terkena bom yang dijatuhkan pesawat TNI AU.
“Banyak warga sipil meninggal karena meminum air yang terkontaminasi pecahan bom yang dijatuhkan dari pesawat, dan banyak lainnya tewas terbakar. Kala itu musim panas, sehingga rumput mudah terbakar,” kenangnya.