Dosen dan Peneliti Harus Lebih Rajin Lagi
jpnn.com, JAKARTA - Publikasi Ilmiah Internasional (terindeks global) merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa, selain jumlah kekayaan intelektual dan tingkat kesiapan hasil teknologi (TRL). Makin banyak publik internasionalnya, negara bersangkutan kian maju.
"Jumlah publikasi ilmiah merupakan pertanda bergeraknya roda-roda penelitian sebagai motor bagi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi dari sebuah negara," kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir di Jakarta, Selasa (1/8).
Dia menyebutkan, peran dari berbagai elemen di dunia penelitian baik di perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi ilmiah internasional Indonesia.
“Akhir 2017, target publikasi ilmiah internasional Indonesia adalah 15 ribu publikasi. Karena itu dosen dan peneliti harus lebih rajin membuat jurnal internasional," ujar Menteri Nasir.
Per 31 Juli 2017 pukul 18:00 WIB, Indonesia patut berbangga karena jumlah publikasi Indonesia di Scopus tercatat pada ranking ke 3 diantara negara- negara ASEAN, dengan urutan sebagai berikut: Malaysia 15.985, Singapore 10.977, Indonesia 9.349, Thailand 8.204.
Hal ini sangat menggembirakan di tengah-tengah persiapan bangsa Indonesia dalam menyambut peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-22 yang akan berlangsung di Makassar, 6-13 Agustus 2017, dengan acara puncak berlangsung pada 10 Agustus 2017.
"Semoga pencapaian ranking ke-3 Indonesia pada pertengahan 2017, yang meningkat dari peringkat sebelumnya di ranking 4 pada 2016 menjadi modal untuk memacu diri ke posisi puncak pada akhir 2019," pungkasnya. (esy/jpnn)