DPR: Elektrifikasi Nasional Naik, Daya Saing Membaik
jpnn.com - JAKARTA - Bertepatan dengan Hari Listrik Nasional, Kamis (26/10), anggota Komisi VII DPR RI Rofi Munawar menilai program elektrifikasi nasional masih belum tercapai serta diversifikasi energi belum berbasis pada Energi Hijau.
Sebab, menurut Rofi, dengan adanya peningkatan elektrifikasi nasional, akan berkorelasi pada meningkatnya daya saing bangsa.
"Hari listrik seharusnya menjadi momentum bagi PLN secara konsisten meningkatkan kecukupan pasokan listrik, pengenaan tarif listrik yang berorientasi kepada kemampuan masyarakat dan keseimbangan penggunaan batubara, gas, energi terbarukan serta konservasi energi," ucap Rofi Munawar melalui rilis diterima Jumat (28/10).
Legislator PKS asal Jawa Timur ini memberikan alasan, program listrik 35 ribu MW yang dijagokan Pemerintah dalam mengentaskan kekurangan listrik, secara faktual, masih jauh dari target yang telah ditargetkan. Program ambisius tersebut, masih terkendala pada masalah teknis dan non teknis dalam prosesnya.
"Saya khawatir realisasi program 35ribu MW akan lebih buruk nasibnya dibandingkan program 10 ribu MW. Beragam peresmian yang dilakukan harus dibarengi dengan komitmen menyelesaikan proyek tersebut hingga akhir, agar tidak mangkrak,” jelas Rofi.
Rofi juga memandang komitmen pemerintah dalam mengeksplorasi sumber listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) belum maksimal. Hal ini terbukti dari angka yang masih sangat rendah dalam komposisi energy mixed dibandingkan fosil dan batubara.
"Bukti bahwa pemerintah lebih mengejar pertumbuhan listrik secara instan, dibandingkan mendorong energi hijau yang lebih berkelanjutan," sindir Rofi.
Pemerintah menurunkan target porsi bauran pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan (EBT) dan menggantikannya dengan gas bumi dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Tahun 2016-2025. Meskipun porsi batubara berubah menjadi 50 persen dari semula 55,5 persen. Tapi porsi EBT turun menjadi 19,6 persen dari semula 25 persen dan untuk gas meningkat menjadi 29,4 persen dari semula 24,3 persen.