Drama Balotelli Titik Balik si Anak Bengal?
Oleh DAHLAN ISKANSaat dia diturunkan menit-menit akhir melawan Crystal Palace. Dia berperan penting dalam terciptanya gol kedua bagi timnya. Kalau bukan pemain yang punya naluri menjebol gawang mustahil terjadi gol hari itu. Liverpool menang 2-1.
Tapi gol itu juga sekaligus menunjukkan bahwa dia punya "masalah pedalaman" yang akut. Dia tidak tampak gembira. Dia tidak meloncat girang. Dia tidak melakukan selebrasi. Dia hanya tidak kelihatan murung.
Tapi penonton mulai memujinya. Sambil berharap cemas. Dari gol itu diharap terjadi pembalikan "kepercayaan diri" nya. Harapan yang tidak mengecewakan.
Kurang seminggu kemudian, "kepercayaan diri" Balotelli itu benar-benar kembali terlihat. Yakni saat dia diturunkan untuk menggantikan Lallana di akhir pertandingan Liga Eropa melawan Besiktas kemarin subuh.
Dalam pertandingan home itu saya seperti melihat "balotelli baru". Atau "setengah baru". Pergerakan-pergerakannya taktis. Umpan-umpannya mengesankan. Pengambilan posisi tanpa bolanya juga tak terbaca.
Dia tampak begitu kecewa ketika mesin gol Sturridge memaksakan diri menendang bola ke gawang lawan dari sudut yang sulit. Tidak terjadi gol. Padahal Balotelli sudah menempatkan diri di lapangan kosong dekat gawang.
Balotelli juga terlihat percaya diri ketika dirinya merasa paling berhak melakukan tendangan bebas di luar kotak penalti di menit berikutnya. Dia sudah mengambil posisi akan mengambil tendangan. Tapi Sturridge yang melakukannya. Tidak terjadi gol.
Rupanya Balotelli benar-benar ingin mendapat kepercayaan. "Percayailah saya", rasanya itu yang ingin dia ucapkan dengan keras sambil diam.