Dua Tahun Jokowi-JK, Simak Angka-angka Ini
Menurut ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut, volatilitas harga pangan selalu menjadi penentu gerak inflasi.
Karena itu, Bulog pun sudah diinstruksikan agar memperbaiki mekanisme distribusi sekaligus terus siaga untuk melakukan operasi pasar guna meredam gejolak harga pangan.
”Kalau inflasi terkendali, daya beli akan terjaga. Suku bunga acuan juga bisa dijaga di level rendah sehingga dunia usaha diharapkan bisa mengakses kredit dengan bunga lebih rendah,” paparnya.
Senior economic analyst Kenta Institute Eric Alexander Sugandi menambahkan, sejauh ini dirinya cukup optimistis terhadap prospek ekonomi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla ke depan. Namun, dia menggarisbawahi beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk lebih mendorong pertumbuhan.
”Yang perlu dilakukan pemerintah adalah menjaga daya beli masyarakat supaya pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap kuat. Karena konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama GDP (gross domestic product, Red) dan mesin utama pertumbuhan ekonomi,” katanya kepada Jawa Pos kemarin (16/10).
Eric menjelaskan, salah satu upaya untuk menjaga daya beli dan konsumsi rumah tangga adalah menjaga inflasi. Tahun ini pemerintah menargetkan inflasi di kisaran 4 persen plus minus 1 persen.
Selain itu, pemerintah diharapkan dapat melanjutkan belanja infrastruktur untuk dapat membuka lapangan kerja baru.
”Di sisi lain, pemerintah juga harus terus mendorong dan memfasilitasi investasi swasta dengan melanjutkan reformasi struktural, dengan terus menggulirkan paket-paket kebijakan ekonomi. Tapi, ini memang butuh waktu dan keputusan melakukan investasi ada di investor,” jelasnya.