Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Dudung

Kamis, 02 Desember 2021 – 14:04 WIB
Dudung - JPNN.COM
Ilustrasi, parade alutsista TNI beberapa waktu lalu. Foto: Ricardo/JPNN.com

Yang terbaru Dudung berkomentar mengenai kebiasaannya berdoa dengan memakai bahasa Indonesia setelah salat. Dalam dialog Podcast dengan youtuber Deddy Corbuzier (1/12) Dudung mengatakan, "Kalau saya berdoa setelah salat, doa saya simple, ya Tuhan, pakai bahasa Indonesia saja, karena Tuhan kita bukan orang Arab.’’

Pernyataan Dudung itu kontan mendapat reaksi keras dari banyak kalangan. Bahkan ada yang menganggap Dudung melakukan pelecehan agama karena menyebut ‘’Tuhan bukan orang Arab’’. KH Wafi Maimun Zubair menganggap pernyataan Dudung menimbulkan kegaduhan, karena tidak sesuai dengan tupoksinya sebagai pimpinan Angkatan Darat.

Kasus semacam ini pernah menimbulkan kontroversi ramai pada 2005. Seorang mantan petinju bernama Yusman Roy mendirikan Pondok I’tikaf Ngaji Lelaku di Malang. Salah satu ajaran yang diamalkan adalah melakukan salat dengan memakai Bahasa Indonesia.

Ajaran Yusman Roy ini mendapatkan reaksi keras dari para ulama termasuk dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Malang. Yusman dilaporkan ke polisi dan kemudian dibawa ke pengadilan. Hakim memutuskan Yusman terbukti melakukan pelecehan agama dan menjatuhkan vonis dua tahun penjara.

Selesai menjalani hukuman Yusman balik lagi mengasuh pondoknya. Dia juga tetap menjalankan ritual salat berbahasa Indonesia. Menurut Yusman, semua yang dia amalkan ada dalilnya dalam Al-Qur'an. Menurut Yusman, dirinya bukan orang Arab dan Allah memahami semua bahasa. Karena itu itu Yusman tetap menjalankan ritual salat berbahasa Indonesia.

Almarhum Gus Dur pernah menyampaikan pendapat yang dianggap nyeleneh ketika mengusulkan mengganti ‘’Assalamu alaikum’’ dengan ‘’selamat pagi’’.

Menurut Gus Dur, dua ungkapan salam itu mempunyai esensi yang sama, dan kerena itu ‘’selamat pagi’’ bisa dijadikan pengganti ‘’Assalamu alaikum’’.

Pernyataan itu menjadi kontroversi nasional. Bahkan kalangan NU sendiri tidak sepenuhnya bisa menerima pemikiran Gus Dur itu.

Jenderal Dudung Abdurrachman bukan politisi. Namun, beberapa komentarnya lebih mirip politisi ketimbang jenderal Angkatan Darat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close