Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Dulu Dengar Wejangan, Kini Ziarah di Kuburan

Minggu, 12 September 2010 – 09:18 WIB
Dulu Dengar Wejangan, Kini Ziarah di Kuburan - JPNN.COM
Suasana di Stasiun Pasar Turi Surabaya, Jatim beberapa hari lalu. Pada setiap mudik Lebaran moda transportasi kereta api menjadi pilihan pemudik untuk pulang kampung. Foto: ANTARA/Hanif Nashrullah

jpnn.com - Lebaran tahun ini terasa lain bagi keluarga besar Kustoro Raharjo. Sembilan istri dan 17 anak Kustoro tak bisa lagi mendengarkan wejangan suami dan bapak mereka itu. Sebab, lelananging jagad asal Pemalang, Jawa Tengah, itu Februari lalu meninggal dunia.  

M. DINARSA KURNIAWAN, Pemalang

Rumah Kustoro Raharjo di Jalan Halmahera, Desa Cibelok, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Jumat pagi (10/9) ramai. Tujuh istri almarhum Kustoro dan sejumlah anak serta para cucu berkumpul di pendapa rumah berarsitektur Jawa tersebut. Mereka menghelat tradisi sungkeman setelah salat Id.

Memang hanya tujuh di antara sembilan istri Kustoro yang bisa merayakan Lebaran di rumah peninggalan suami tercinta mereka itu. Kondisi kesehatan Siti Rochiyati, istri pertama Kustoro yang tinggal di Jogjakarta, memburuk. Karena itu, dia memutuskan tidak mudik ke Pemalang.

Sedangkan istri kedua, Siti Widiyantoro, menyusul Kustoro ke alam keabadian Mei lalu karena gagal ginjal. Selain itu, sembilan di antara 17 anak Kustoro tidak bisa pulang kampung. Empat anak dari istri pertama mendampingi ibu mereka di Jogja. Sedangkan lima anak lain, yang tersebar di Cirebon dan Jakarta, mudik ke mertua masing-masing, mengikuti suami.

"Memang Lebaran kali ini kurang ramai. Bapak sudah tidak ada. Anggota keluarga yang lain juga tidak bisa pulang," ungkap Wisnumurti Indra Raharjo, anak kesembilan Kustoro.Meski begitu, suasana sungkeman tetap berlangsung khidmat. Terutama, saat para istri Kustoro berangkulan, bermaafan, dan menangis sesenggukan. Istri yang lebih tua disungkemi istri muda, diikuti anak-anak mereka, menantu, lalu para cucu.

Tahun ini keluarga besar itu baru kali pertama merayakan Lebaran tanpa Kustoro. Pria asli Desa Cibelok, kelahiran 5 Oktober 1944, tersebut berpulang pada 6 Februari lalu karena menderita infeksi paru-paru.

'Memang suasananya lain kalau tidak ada bapak. Sekarang tidak ada lagi yang memberikan wejangan. Kami hanya saling menasihati,' ungkap Wisnu. 'Bapak duduk di kursi kesayangan, sedangkan yang lain mengelilingi dan mendengarkan dengan saksama,' tambahnya sambil menunjuk kursi peninggalan Kustoro.

Lebaran tahun ini terasa lain bagi keluarga besar Kustoro Raharjo. Sembilan istri dan 17 anak Kustoro tak bisa lagi mendengarkan wejangan suami

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close